TANGERANG | TD – Salah satu pengajar di Universitas Indonesia mengatakan Tiongkok telah berupaya memperbesar pengaruhnya di Indonesia dengan beberapa strategi. Salah satu strategi yang dilakukan Tiongkok adalah merangkul komunitas Tionghoa untuk menjadi jembatan perekat antara pemerintah RI dengan Tiongkok.
Hal tersebut dikutip dalam sebuah laporan tertulis, Minggu, 21 Mei 2023. Dr R Tuty N Mutia, pengajar Program Studi Cina di Universitas Indonesia, juga menjabarkan beberapa strategi lainnya yang digunakan oleh Tiongkok demi kepentingannya di Indonesia.
Secara formal, Tiongkok mengusahakan peningkatan pengaruhnya dengan diplomasi publik dalam bidang budaya dan akademik. Selain itu, pemerintah Tiongkok meningkatkan kerja sama dalam hal vaksin. Tiongkok juga berusaha memanfaatkan sejarah dengan membuka kembali memori hubungan dekat bangsa Indonesia dengan Tiongkok di masa lalu.
Dalam hal akademik, Tiongkok menunjukkan perhatiannya kepada dunia pendidikan Islam di Indonesia dengan menyediakan beasiswa bagi para santri. Namun, kecurigaan kemudian berkecamuk karena adanya isu pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan pemerintah Cina kepada komunitas Muslim di Uyghur. Beasiswa yang diberikan Cina ini dianggap sebagai peredam kasus besar tersebut.
Tiongkok juga mendirikan Konfusius Institut, yang disebut oleh warga Indonesia sebagai Pusat Bahasa Mandarin (PBM). PBM dikenal aktif memberikan beasiswa kepada masyarakat untuk mempelajari bahasa Mandarin.
Meskipun strategi Tiongkok tersebut terus dicoba, Tuty mengatakan sebenarnya hal itu kurang berarti, terutama strategi pemberian beasiswa.
“Para siswa penerima beasiswa cenderung memanfaatkan PBM hanya untuk penguasaan bahasa agar menunjang studi atau karirnya,” jelas Tuty.
Dalam hal ini, Tuty berharap pemerintah Indonesia memperhatikan persebaran dan aktivitas PBM yang terlalu menonjolkan aspek-aspek Tiongkok daripada muatan budaya lokal.
“PBM seharusnya memperbanyak muatan lokal dalam materi ajar dan aktivitasnya, sehingga manfaat kehadirannya akan lebih bisa dirasakan,” ujarnya.
Dr Johanes Herlijanto, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pelita Harapan dan juga pemerhati Tiongkok, membenarkan upaya Tiongkok memanfaatkan komunitas Tionghoa demi kedekatan bilateral dengan Indonesia. Namun, hal itu justru mendapat penolakan dari sebagian besar komunitas Tionghoa.
Johanes mengatakan hanya generasi senior dari pebisnis Tionghoa yang mau menjalani peran sebagai jembatan demi kedekatan bilateral tersebut. Selebihnya, ketika Tiongkok ingin menekankan hubungan khusus Tiongkok-Tionghoa, banyak dari anggota komunitas Tionghoa menolak.
Penolakan dari sebagian besar komunitas Tionghoa yang umumnya terdiri dari generasi muda tersebut disebabkan adanya narasi baru yang lebih mengutamakan rasa Indonesia mereka. (*)