KESEHATAN | TD — “Belum makan kalau belum makan nasi” adalah ungkapan yang sudah melekat di kehidupan masyarakat Indonesia. Nasi memang makanan pokok dan sumber karbohidrat utama. Namun, konsumsi nasi, terutama nasi panas, dapat memengaruhi kadar gula darah dan meningkatkan risiko diabetes.
Kasus diabetes di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes dewasa (20–79 tahun) pada 2024 mencapai 20,4 juta orang dan diperkirakan meningkat menjadi 28,6 juta orang pada 2050. Indonesia menempati urutan kelima dunia dalam jumlah penderita diabetes dewasa.
Faktor risiko utama diabetes termasuk konsumsi makanan dengan daya cerna pati tinggi, yang menyebabkan lonjakan gula darah. Pola makan masyarakat yang masih tinggi karbohidrat sederhana dan rendah serat, seperti nasi panas, menjadi perhatian serius.
Nasi panas memiliki indeks glikemik (IG) tinggi, artinya karbohidratnya cepat diubah menjadi glukosa, menyebabkan kadar gula darah meningkat. Evaluasi daya cerna pati menjadi langkah penting untuk memahami bagaimana tubuh mencerna makanan dan mengatur pola makan yang sehat.
Peningkatan kasus diabetes menjadi alarm bahwa pemenuhan gizi tidak hanya soal kenyang, tetapi juga bagaimana tubuh mencerna dan memanfaatkan makanan. Dengan memahami daya cerna pati dan indeks glikemik, kita bisa tetap menikmati nasi sebagai makanan pokok tanpa meningkatkan risiko diabetes.
Referensi:
International Diabetes Federation. (2025). IDF Diabetes Atlas, 11th Edition. IDF Diabetes Atlas
Penulis: Delis Raozatul Aulia, Mahasiswa Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. (*)