Belum Makan Kalau Belum Makan Nasi: Waspada Daya Cerna Pati dan Risiko Diabetes di Indonesia

waktu baca 2 minutes
Rabu, 15 Okt 2025 09:54 0 Nazwa

KESEHATAN | TD — “Belum makan kalau belum makan nasi” adalah ungkapan yang sudah melekat di kehidupan masyarakat Indonesia. Nasi memang makanan pokok dan sumber karbohidrat utama. Namun, konsumsi nasi, terutama nasi panas, dapat memengaruhi kadar gula darah dan meningkatkan risiko diabetes.

Tren Diabetes di Indonesia: Ancaman Serius

Kasus diabetes di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes dewasa (20–79 tahun) pada 2024 mencapai 20,4 juta orang dan diperkirakan meningkat menjadi 28,6 juta orang pada 2050. Indonesia menempati urutan kelima dunia dalam jumlah penderita diabetes dewasa.

Faktor risiko utama diabetes termasuk konsumsi makanan dengan daya cerna pati tinggi, yang menyebabkan lonjakan gula darah. Pola makan masyarakat yang masih tinggi karbohidrat sederhana dan rendah serat, seperti nasi panas, menjadi perhatian serius.

Nasi, Indeks Glikemik, dan Daya Cerna Pati

Nasi panas memiliki indeks glikemik (IG) tinggi, artinya karbohidratnya cepat diubah menjadi glukosa, menyebabkan kadar gula darah meningkat. Evaluasi daya cerna pati menjadi langkah penting untuk memahami bagaimana tubuh mencerna makanan dan mengatur pola makan yang sehat.

Manfaat Evaluasi Nilai Gizi dan Daya Cerna Pati

  1. Menentukan indeks glikemik pangan sebagai acuan kesehatan dan pengendalian gula darah.
  2. Menilai kemudahan pati dihidrolisis menjadi glukosa sebagai sumber energi tubuh.
  3. Mengukur kecepatan dan jumlah glukosa dari makanan yang dikonsumsi.
  4. Menilai kualitas dan nilai gizi pangan, penting untuk inovasi pangan dan pengembangan produk fungsional.
  5. Menjadi dasar modifikasi pati untuk menciptakan pangan fungsional yang lebih sehat.

Tips Sehat Mengonsumsi Nasi

  • Pilih nasi yang lebih rendah IG, seperti nasi merah atau nasi hitam.
  • Kombinasikan nasi dengan serat tinggi, misalnya sayur atau kacang-kacangan, untuk menurunkan lonjakan gula darah.
  • Perhatikan porsi nasi agar tidak berlebihan, terutama bagi mereka dengan risiko diabetes tinggi.

Kesimpulan

Peningkatan kasus diabetes menjadi alarm bahwa pemenuhan gizi tidak hanya soal kenyang, tetapi juga bagaimana tubuh mencerna dan memanfaatkan makanan. Dengan memahami daya cerna pati dan indeks glikemik, kita bisa tetap menikmati nasi sebagai makanan pokok tanpa meningkatkan risiko diabetes.

Referensi:
International Diabetes Federation. (2025). IDF Diabetes Atlas, 11th Edition. IDF Diabetes Atlas

Penulis: Delis Raozatul Aulia, Mahasiswa Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. (*)

LAINNYA