Ilustrasi batik (Foto: wafieq akmal/unplash)OPINI | TD — Batik, warisan budaya Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda sejak 2009, memiliki nilai sejarah dan filosofis yang mendalam. Lebih dari sekadar kain, batik merupakan simbol identitas nasional, seni, dan tradisi turun-temurun. Namun, di tengah derasnya arus globalisasi, eksistensi batik sebagai busana sehari-hari menghadapi tantangan signifikan. Makalah ini akan mengkaji batik sebagai identitas nasional, dampak globalisasi terhadap popularitasnya, dan upaya-upaya pelestarian yang diperlukan.
Setiap motif batik menyimpan makna filosofis yang kaya, merefleksikan nilai-nilai spiritual, sosial, dan budaya leluhur. Motif kawung yang melambangkan kesucian dan kebijaksanaan, atau parang yang menggambarkan semangat juang, hanyalah sebagian kecil contohnya. Di Jawa, batik bahkan menjadi penanda status sosial, digunakan dalam upacara adat dan acara penting seperti pernikahan.
Keberagaman motif batik yang luar biasa mencerminkan kekayaan budaya Indonesia dan memperkuat jati diri bangsa. Batik menjadi perekat identitas nasional di tengah keberagaman etnis dan bahasa, membangun rasa solidaritas dan kebanggaan kolektif.
Globalisasi menghadirkan tantangan dan peluang bagi batik. Di satu sisi, batik memperoleh pengakuan global dan menjadi komoditas budaya yang bernilai tinggi di pasar internasional. Namun, di sisi lain, globalisasi juga memicu komodifikasi batik, transformasi dari karya seni bermakna filosofis menjadi produk komersial yang mengedepankan nilai jual semata.
Batik bukan hanya sekadar kain, tetapi representasi budaya dan identitas nasional Indonesia. Di tengah arus globalisasi, pelestarian batik membutuhkan upaya kolaboratif antara pemerintah, pengrajin, desainer, dan masyarakat. Dengan inovasi, edukasi, dan promosi yang tepat, batik dapat tetap relevan dan lestari sebagai warisan budaya bangsa untuk generasi mendatang. Hanya dengan demikian, kekayaan budaya Indonesia ini akan terus berjaya di kancah dunia.
Penulis: Rosa Simanjuntak, Mahasiswa Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jambi. (*)