TANGERANG | TD – Nama Basoeki Abdullah di antara para seniman dikenal populer sebagai pelukis realis sekaligus naturalis yang sempat mengabdikan diri pada Istana Kepresidenan Republik Indonesia.
Kepopuleran Basoeki Abdullah dapat dilihat melalui karya-karyanya yang cukup dikenal publik, di antaranya Djoko Tarob, Gatotkaca dengan Pergiwa dan Pergiwati, dan Kanjeng Ratu Kidul yang kini tersimpan di Istana Negara. Karya lainnya mencakup ratusan lukisan, di antaranya yang terkenal adalah Maria Asumpta, Lady at Kebaya, Gadis Bertopang Dagu, dan Sungai yang Tak Pernah Kembali.
Bakat Basoeki Abdullah yang besar tidak lepas dari peran keluarga besarnya. Ia lahir di keluarga seniman, yaitu sebagai putra Abdullah Suriosubroto yang merupakan pelukis dan penari yang cukup terkenal pada awal abad 19. Basoeki lahir pada 25 Januari 1915.
Abdullah Suriosubroto merupakan salah satu anggota kelompok seniman Mooi Indie, yang mengangkat keindahan alam dan budaya Indonesia hingga ke manca negara.
Kakek Basoeki Abdullah adalah Doktor Wahidin Sudirohusodo, salah seorang tokoh pergerakan kebangkitan nasional. Dari latar belakang pendidikan yang kuat inilah menjadikan Basoeki Abdullah sempat mengajar sebagai guru seni saat masa pendudukan Jepang.
Bakat melukis Basoeki Abdullah telah tampak sejak usia 4 tahun. Saat itu ia gemar melukiskan wajah-wajah tokoh terkenal, di antaranya Mahatma Gandhi, Rabindranath Tagore, Yesus Kristus, dan Krishnamurti.
Basoeki menempuh pendidikan formalnya di HIS Katolik dan MULO Katolik di Solo.
Pada 1933, ia mendapatkan beasiswa di Academie Voor Beeldende Kunsten atau Akademik Seni Rupa di Den Haag, Belanda. Dari kelulusannya, ia kemudian mendapatkan Sertifikat Royall Internasional of Art (RIA). Basoeki juga menempuh studi banding di beberapa sekolah seni rupa di Paris dan Roma.
Saat masa pendudukan Jepang, Basoeki tergabung dalam Gerakan Poetra atau Pusat Tenaga Rakyat. Di sinilah Basoeki mengajar seni lukis. Murid-muridnya yang terkenal kemudian antara lain Kusnadi dan Zaini. Kusnadi adalah pelukis dan kritikus seni rupa Indonesia, sedangkan Zaini dikenal sebagai pelukis impresionisme.
Basoeki juga dekat dengan Affandi, S. Sudjojono, Otto Djaya, dan Basuki Resobowo karena sama-sama tergabung dalam Keimin Bunka Sidhosjo, yaitu badan kebudayaan bentukan Jepang.
Sebelum tinggal tetap di Jakarta sebagai pelukis istana yang ditunjuk Presiden Soekarno, Basoeki Abdullah tinggal di Singapura dan Malaysia. Ia juga beberapa menggelar pameran di berbagai negara.
Basoeki Abdullah dikenal sebagai pelukis aliran naturalis dan realis sebab objek-objek yang ia gambar selalu detail dan akurat, sesuai dengan kenyataan. Sedikit saja aliran romantisisme yang mempengaruhi cara Basoeki Abdullah dalam melukis.
Namun, akhir dari hidup Basoeki Abdullah terasa tragis. Ia tewas ketika terjadi perampokan di rumahnya, yang ternyata didalangi oleh mantan tukang kebunnya. Ia kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.