TANGERANG | TD – Dalam hadis dari Muttafaq alaih, diriwayatkan penyebutan atas agama Islam sesungguhnya ditegakkan dengan 5 sendi yang disebut rukun Islam.
Kelima sendi tersebut yakni:
1. pengucapan kalimat syahadat,
2. mendirikan salat,
3. membayar zakat,
4. berpuasa di bulan Ramadhan, dan
5. naik haji.
Demikianlah bunyi hadis tersebut:
“Islam didirikan di atas lima sendi yaitu syahadat tiada sembahan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah; mendirikan shalat; menunaikan zakat, puasa Ramadhan; dan pergi haji ke Baitul Haram.”
Dari hadis tersebut jelas bahwa puasa di bulan Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan. Sebagaimana terkandung dalam QS Al Baqarah: 183 berikut ini:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Selain menjalankan puasa, umat Islam dianjurkan untuk berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya sepanjang bulan Ramadhan. Hal ini sebagai bentuk ketaatan umat kepada Allah SWT. Dan Allah Swt juga berjanji akan melipatgandakan pahala dari segala sesuatu yang diperbuat umat selama bulan puasa Ramadhan.
Jika pahala dari kebaikan dan puasa selama bulan Ramadhan umat Islam dilipatgandakan, lalu bagaimana dengan dosa yang diperbuat saat bulan Ramadhan? Apakah hukumannya juga akan berlipat ganda?
Sebuah fatwa yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Hafizhahullah mengatakan ada perbedaan pelipatgandaan dari kebaikan dan keburukan.
“Segala puji bagi Allah, benar, kebaikan dan keburukan dilipatgandakan pada waktu dan tempat yang utama, akan tetapi di sana ada perbedaan antara pelipatgandaan kebaikan dengan pelipatgandaan keburukan.
Adapun pelipatgandaan kebaikan adalah pelipatgandaan kuantitas dan kualitas. Maksud dari kuantitas adalah bilangan, sehingga satu kebaikan (dilipatgandakan) menjadi sepuluh kali lipat atau lebih.
Sedangkan, yang dimaksud dengan (pelipatgandaan) kualitas adalah pahalanya lebih besar dan lebih banyak.
Adapun keburukan, maka pelipatgandaannya dalam kualitas saja, bahwa dosanya lebih besar dan siksanya lebih berat, namun dari sisi bilangan, maka satu keburukan dihitung satu (kesalahan) saja, tidak mungkin dihitung lebih dari satu kesalahan.”
Sedangkan ulama lainnya, Syaikh Bin Baz Rahimahullah, mengatakan bahwa di bulan Ramadhan umat Islam harus berjihad menundukkan jiwa, mengubah arah perilaku buruk jiwa dan menjadikannya jiwa yang tenang. Dan jihad tersebut merupakan sebuah syariat bagi umat Islam.
“Perkara yang disyariatkan bagi seorang muslim pada bulan Ramadhan dan di bulan selainnya adalah berjihad menundukkan jiwa yang banyak menyuruh kepada keburukan sehingga menjadi jiwa yang tenang, yang suka memerintahkan kebaikan dan mencintainya. Wajib baginya berjihad memerangi musuh Allah, yaitu iblis, hingga selamat dari kejahatannya dan tipu dayanya.”
***