Suasana rapat koordinasi Forkopimda Kabupaten Tangerang yang membahas persiapan penanganan bencana hidrometeorologi. Pertemuan ini dihadiri oleh berbagai pihak penting guna menyusun strategi kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem. (Foto: Ist)TANGERANG | TD — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang mengadakan rapat koordinasi darurat yang dipimpin langsung oleh Bupati Tangerang, Moch. Maesyal Rasyid, di Ruang Rapat Wareng, Gedung Bupati Tangerang, Selasa (18/11/25). Pertemuan tersebut digelar untuk menyiapkan langkah mitigasi dan antisipasi menghadapi potensi cuaca ekstrem di penghujung tahun 2025.
Rakor ini dihadiri seluruh unsur Forkopimda, para camat, Dinas Sosial, BPBD, DLHK Kabupaten Tangerang, serta Balai Besar MKG Wilayah II. Sejumlah langkah penanganan dibahas, mulai dari pembersihan drainase, mitigasi banjir, penyamaan persepsi lintas instansi, hingga kesiapan tempat evakuasi bagi warga terdampak.
Dalam arahannya, Bupati Maesyal Rasyid meminta jajaran pemerintah daerah segera meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor, mengingat intensitas hujan tahun ini diprediksi lebih sering. Ada 19 kecamatan yang teridentifikasi sebagai kawasan rawan saat hujan deras berkepanjangan.
“Setiap memasuki musim hujan maupun kemarau, kita selalu melakukan konsolidasi dan persiapan untuk merumuskan langkah antisipasi bencana,” ujar Bupati.
Ia menambahkan bahwa salah satu upaya pencegahan yang terus digalakkan adalah kerja bakti rutin setiap hari Jumat. Para camat diminta mengajak masyarakat berpartisipasi untuk menjaga kebersihan lingkungan jelang meningkatnya curah hujan.
“Kami sudah menyiapkan lokasi-lokasi evakuasi untuk daerah yang kerap terdampak banjir. Para camat juga perlu mengingatkan warganya untuk terus menjaga kebersihan saluran air,” jelasnya.
Selain banjir, pemkab turut memetakan titik-titik rawan longsor dan bencana hidrometeorologi lain. Bupati menegaskan bahwa seluruh wilayah, baik bagian utara maupun selatan, perlu meningkatkan kesiapsiagaan karena intensitas hujan mulai merata di seluruh kabupaten.
“Kita melihatnya secara menyeluruh. Semua wilayah harus siap, dan seluruh camat serta OPD sudah diminta meningkatkan kewaspadaan,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Tim Kerja Meteorologi dan Klimatologi MKG Wilayah II, Ana Oktavia Sejawati, memaparkan bahwa pola iklim tahun ini menunjukkan perubahan signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Musim kemarau 2025 berlangsung lebih singkat, sementara hujan turun lebih cepat, terutama di wilayah selatan Kabupaten Tangerang,” jelas Ana.
Ia menuturkan bahwa masa peralihan seperti saat ini justru menjadi periode paling rentan, dengan potensi hujan lebat, angin kencang, hingga genangan lebih besar sebelum memasuki puncak musim hujan.
BMKG memprediksi puncak musim hujan akan terjadi pada Februari 2026 dengan peluang meningkatnya kejadian cuaca ekstrem, terutama di kawasan rawan bencana. Karena itu, ia mengimbau pemerintah daerah memanfaatkan informasi BMKG sebagai dasar kebijakan mitigasi.
“Kami mendorong masyarakat untuk selalu mengikuti pembaruan informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG. Pemerintah daerah juga dapat menggunakan data ini untuk langkah pengurangan risiko bencana,” tutupnya. (*)