TANGSEL | TD — Persaingan tiga pasangan calon (paslon) pada Pilkada Tangsel 2020 semakin ketat. Hasil survei Parameter Demokrasi Indonesia periode 20-26 Oktober 2020 menunjukkan belum ada paslon yang berhasil meraih 30% suara. Karena itu, meski pasangan Benyamin Davnie–Pilar Saga Ichsan (Ben–Pilar) unggul dengan tingkat elektabilitas 28%—sementara Muhamad–Rahayu Saraswati (Muhamad–Rahayu) 23,5% dan Siti Nur Azizah–Ruhamaben (Azizah–Ruhama) 22,9%—masih tersisa 25,6% pemilih yang belum menentukan pilihan.
Di sisi lain, berdasarkan kenaikan tingkat popularitas (elektabilitas), pasangan Azizah–Ruhama meningkat paling tinggi, yaitu +7,4% (dari 15,5% pada survei bulan sebelumnya menjadi 22,9%). Pasangan Muhammad–Rahayu hanya naik +2,6% (dari 20,9% menjadi 23,5%), sementara paslon Ben–Pilar, meski masih unggul, hanya naik +1,3% (dari 26,7% menjadi 28%).
Setelah menganalisis hasil survei tersebut, Direktur Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai kenaikan tingkat popularitas Azizah–Ruhama yang tajam itu cukup mengkhawatirkan bagi kontestan lainnya.
“Jika kondisi ini konsisten, bisa saja Azizah memimpin perolehan suara. Namun, tren ini tidak bisa menjadi rujukan jika lembaga yang melakukan rilis hanya satu. Perlu ada pembanding,” ungkap Dedi kepada TangerangDaily, Rabu (4/11/2020).
Dedi menilai kontestasi yang ketat seharusnya terjadi antara Muhammad dan Benyamin karena kedua kandidat ini memiliki popularitas sebagai birokrat.
“Jika ternyata tidak, maka ada yang kurang tepat dengan kerja propaganda tim Muhammad,” tambahnya.
Zaki Mubarak, pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, menilai bahwa dalam hasil survei tersebut terlihat belum ada paslon yang meraih tingkat elektabilitas 30%. Hal ini menunjukkan bahwa kontestasi meraih kursi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tangsel masih ketat.
“Semua berpeluang menjadi pemenang. Masih ada sisa sekitar 25% suara yang perlu diperebutkan. Jadi, peluang masih terbuka bagi semua kandidat karena perolehan suara masih turun naik dengan cepat,” katanya.
Direktur Visi Nusantara Subandi Musbah menilai kenaikan popularitas paslon Azizah–Ruhama yang melebihi dua paslon lainnya itu karena keberhasilan tim sukses mereka mengemas tema kampanye sehingga mendongkrak elektabilitas kedua politisi itu.
“Kenaikan elektabilitas yang lain hanya tiga digit, sementara Azizah–Ruhama di angka tujuh digit. Ini artinya ada kerja-kerja pemenangan yang terukur dan sistematis. Jika ini terus dilakukan sampai hari tenang, peluang Azizah–Ruhama besar sekali. Dengan catatan, kerja-kerja pemenangannya terus ditingkatkan,” katanya.
Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Miftahul Adib menambahkan bahwa kenaikan elektabilitas tidak terlepas dari visi dan misi yang ditawarkan ketiga paslon.
“Yang bisa menurunkan maupun menaikkan elektabilitas itu, pertama, visi dan misi. Ketika tidak realistis, sekadar mengumbar janji, saya pikir itu akan menurunkan elektabilitas,” katanya.
Adib mencermati gap elektabilitas yang tidak terlalu lebar antara ketiga paslon, yaitu hanya kurang dari 6%. Ia juga menyoroti masih adanya 25% pemilih yang belum menentukan pilihan.
“Ini menarik karena gapnya tidak terlalu lebar dan tersisa sekitar 25 persen yang belum menentukan pilihan,” tambahnya. (Red/Rom/ATM)