SASTRA | TD – Dalam studi sastra, karya-karya Charles Dickens merupakan salah satu yang terpenting untuk dipelajari. Kebaruan-kebaruan dalam karyanya pada zamannya, yang merupakan kritik sosial dan kerap kali diselingi humor, memberikan pengetahuan akan adanya kehidupan yang penuh kesenjangan.
Beberapa literatur menunjukkan bahwa novel-novel yang digarapnya sering menyinggung tentang kesadaran, terutama kesadaran moral. Hal ini identik dengan budaya era Victoria di Inggris pada saat itu.
Dickens menuai banyak pujian dan juga kritik dalam menanamkan pengaruhnya pada banyak sastrawan lainnya di seluruh dunia. Salah satu kritik sastra yang ditujukan pada Charles Dickens ditulis oleh George Orwell yang merupakan penulis sastra Inggris yang hidup pada awal abad ke-19.
Berikut ini adalah beberapa kritik Orwell atas karya-karya Dickens yang terkandung dalam situs orwell.ru:
1. Dickens piawai mengkritik pemerintah Inggris.
Orwell menganggap Dickens pandai mengangkat persoalan sosial meskipun hal tersebut berisiko dirinya akan diincar oleh pemerintah Inggris.
Kepandaian Dickens menyelipkan humor klasik adalah salah satu kiatnya. Selain itu Dickens selalu menempatkan tokoh utama dalam karyanya sebagai karakter yang berasal dari kaum borjuis pebisnis maupun para pengikutnya.
2. Kesadaran yang dibawa Dicken tidak banyak berpengaruh dalam pengentasan kemiskinan.
Orwel menulis bahwa garis besar yang diperjuangkan Dickens adalah kesadaran moral, dan tidak bersifat konstruktif secara ekonomi bagi mereka yang terpinggirkan.
Dickens mengutamakan menggambarkan seorang yang kaya namun baik hati. Penggambaran ini merujuk pada inti pemikiran Dickens bahwa seorang kapitalis harus baik hati, dan bukan pekerja yang harus memberontak.
3. Dickens tidak menyukai adegan pelanggaran seksual.
Kecenderungan Dickens menuliskan adegan penolakan terhadap pelanggaran susila (seksual) merupakan salah satu bukti kesadaran moral yang ia tekankan melalui novel-novelnya. Prinsip kesadaran moral ini identik dengan budaya tabu pada zaman Victoria.
4. Dickens sesungguhnya tidak mengetahui karakter sejati dari sebuah profesi.
Kegagalan Dickens yang berhasil dicermati oleh Orwell antara lain adalah penggambaran karakter sesuai dengan pekerjaannya. Ia hanya satu kali menempatkan karakter asli pekerja industri bernama Stephen Blackpool dalam novel Hard Time. Sedangkan dalam karakter lainnya, misalnya keluarga Plornish di novel Little Dorrit, Orwell menganggap Dickens gagal menggambarkan mereka sebagai kaum pekerja asli.
Orwell juga menuliskan bahwa keterbatasan Dickens selalu membuatnya tidak menuliskan secara detail tentang pekerjaan tokohnya yang mempengaruhi jalan cerita. Orwell membandingkan hal tersebut dengan kepiawaian Anthony Trollope dalam membentuk karakter sesuai pekerjaan yang dimiliki si karakter. Trollope adalah seorang penulis yang sezaman dengan Dickens.
5. Dickens sangat ahli dalam mendeskripsikan sesuatu.
Meskipun beberapa hal menjadi catatan negatif, Orwell menyanjung Dickens atas keahliannya menggambarkan sebuah situasi sehingga tidak mudah dilupakan pembacanya.
Mengenai hal ini, Orwell menuliskan:
“Banyak hal yang ditulisnya sangat faktual. Dan dalam kekuatan membangkitkan gambaran visual, dia mungkin tidak pernah ada bandingannya. Ketika Dickens pernah mendeskripsikan sesuatu, Anda akan melihatnya seumur hidup.”
Salah satu deskripsi memesona yang tak mudah dilupakan adalah ketika penulis A Chrismast Carol tersebut menggambarkan suasana Kota Lancashire yang penuh dengan limbah pabrik:
“Ada kanal hitam di dalamnya, dan sungai yang mengalir berwarna ungu karena pewarna yang berbau busuk, dan tumpukan bangunan besar penuh jendela yang berderak dan bergetar sepanjang hari, tempat piston mesin uap bekerja. Monoton ke atas dan ke bawah, seperti kepala gajah dalam keadaan gila yang menyedihkan.”
Demikianlah beberapa analisa dan kritik sastra George Orwell atas novel-novel Charles Dickens. (Pat)