SAINTEK | TD – Kemajuan teknologi dalam bidang Artificial Intelligence (AI) terus berkembang. Para ahli yang bekerja di dalamnya membuat AI terus belajar dari pengalaman yang didapat dari input dan melakukan tugas sesuai intervensi yang diberikan seseorang.
Kemajuan AI ini telah dapat dikatakan telah menyatu dengan keseharian manusia melalui teknologi mesin pencari internet sampai asisten virtual yang setiap hari digunakan di seluruh dunia.
Dalam perkembangannya, para ahli telah meramalkan tingkat-tingkat kemampuan dan potensi dari teknologi kecerdasan buatan. AI, yang merupakan tingkat pertama dari potensi teknologi kecerdasan buatan, akan terus berkembang menjadi Artificial General Intelligence (AGI), dan akhirnya menjadi Artificial Superintelligence (ASI).
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai ketiga tingkat potensi teknologi kecerdasan buatan AI, AGI, dan ASI.
1. Artificial Intelligence (AI)
Kecerdasan buatan AI berasal dari input, yang antara lain, berbasis teks. AI bekerja dengan mengenali, meringkas, menerjemahkan, dan menciptakan teks yang mirip dengan teks yang sebelumnya menjadi input.
Kini, AI bahkan dapat mempelajari konteks tulisan (in-context learning).
Contoh AI adalah ChatGPT. Mesin kecerdasan buatan ini telah menerima input dan latihan dengan data-data dari internet, buku, dan berbagai sumber lain.
2. Artificial General Intelligence (AGI)
AGI merupakan rangkaian teknologi lanjutan dari AI. AGI dikembangkan dengan tujuan dapat menyamai pemahaman manusia.
Dalam sebuah literatur, AGI diartikan sebagai sistem otonom dalam hal kemampuan menganalisa dan menemukan solusi, dan tugas utamanya biasanya berkaitan dengan ekonomi.
Sedangkan situs saintek Pintu mencatat 5 kemampuan dasar manusia akan sepenuhnya dimiliki AGI, yaitu kemampuan panca indera, berpengetahuan dasar, mampu mempelajari sesuatu, mempunyai imajinasi, dan mampu memecahkan masalah. Bahkan AGI akan memiliki emosi dan kesadaran diri.
Perkembangan teknologi ke arah AGI akan menjadi sempurna saat para ahli telah mengetahui segala misteri mengenai otak manusia dan mampu membuat tiruannya. Hal ini diramalkan sangat mungkin terjadi dalam waktu 300 tahun ke depan.
Adanya usaha untuk menghadirkan AGI saat ini menjadi polemik karena sebagian pakar menilainya sangat berisiko. Sementara itu, beberapa perusahaan diidentifikasi telah memulai proyek awal dari AGI, seperti GPT-4 misalnya.
Contoh lain kemajuan teknologi menuju terciptanya AGI adalah DeepMind yang mengembangkan model jaringan saraf yang mampu melakukan permainan dalam video game. Selain itu, Neural Turing juga merupakan kemajuan AI yang dapat mengidentifikasi memori eksternal dan menyerupai memori jangka pendek dalam otak manusia.
3. Artificial Superintelligence (ASI)
Kemajuan kecerdasan buatan telah lama diprediksi dapat melampaui kemampuan manusia dalam segala bidang. Hal ini akan terwujud dalam teknologi ASI.
ASI dimungkinkan mempunyai kemampuan yang lebih kuat, lebih cepat, dan mampu mengolah informasi dengan tingkat kompleksitas jauh di atas kemampuan berpikir manusia.
ASI merupakan sistem penyempurnaan dari berbagai macam AI, dan dapat beradaptasi dalam berbagai tingkat yang belum pernah terjadi.
Begitu canggihnya ASI, tetapi teknologi futuristik ini baru ada dalam ranah perhitungan kemungkinan dan fiksi ilmiah. Meskipun demikian, para pakar mengatakan ASI memang merupakan tujuan jangka panjang pengembangan AI. (Pat)