Skala Scoville: Mengapa Mengukur Tingkat Kepedasan pada Cabai itu Penting?

waktu baca 3 minutes
Selasa, 19 Agu 2025 17:28 0 Nazwa

SAINS | TD – Pedas merupakan salah satu sensasi rasa yang sangat disukai di berbagai belahan dunia. Dari sambal khas Nusantara hingga saus pedas ala Meksiko, cabai menjadi bahan utama yang mampu memberikan rasa unik sekaligus tantangan bagi para penikmatnya. Namun, bagaimana sebenarnya kepedasan pada cabai diukur secara ilmiah? Jawabannya terletak pada Skala Scoville, sebuah sistem yang dikembangkan untuk menilai tingkat kepedasan berdasarkan kandungan senyawa capsaicin.

Apa Itu Skala Scoville?

Skala Scoville adalah metode pengukuran kepedasan cabai yang ditemukan oleh seorang ahli farmasi asal Amerika Serikat, Wilbur Scoville, pada tahun 1912. Sistem ini digunakan untuk mengetahui berapa banyak Scoville Heat Unit (SHU) yang terkandung pada suatu cabai. SHU sendiri menunjukkan kadar capsaicin, yaitu senyawa aktif yang menyebabkan sensasi panas, pedas, bahkan rasa terbakar pada mulut dan lidah.

Awalnya, pengukuran ini dilakukan dengan uji organoleptik, yaitu mencampurkan ekstrak cabai dengan larutan gula, kemudian meminta panelis mencicipinya. Jumlah pengenceran yang diperlukan hingga rasa pedas tidak lagi terasa akan menentukan tingkat SHU cabai tersebut. Misalnya, jika suatu cabai membutuhkan pengenceran 1.000 kali hingga rasa pedas hilang, maka cabai itu memiliki tingkat kepedasan 1.000 SHU.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, cara tersebut dinilai kurang akurat karena bergantung pada sensitivitas manusia yang berbeda-beda. Kini, pengukuran skala Scoville dilakukan dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC), sebuah teknologi yang dapat menghitung kadar capsaicin secara lebih presisi dan objektif.

Tingkat Kepedasan Berbagai Jenis Cabai

Berikut adalah beberapa contoh cabai beserta tingkat kepedasannya berdasarkan Skala Scoville:

  • Paprika (0 SHU) → Tidak memiliki rasa pedas, cocok untuk campuran masakan.
  • Jalapeño (2.500 – 8.000 SHU) → Tingkat kepedasan ringan, populer di Meksiko.
  • Cayenne (30.000 – 50.000 SHU) → Lebih pedas dan sering digunakan dalam bubuk cabai.
  • Habanero (100.000 – 350.000 SHU) → Pedas tajam dengan aroma buah yang khas.
  • Ghost Pepper/Bhut Jolokia (1.000.000 SHU ke atas) → Salah satu cabai terpedas di dunia.
  • Carolina Reaper (2.200.000 SHU) → Cabai yang memegang rekor Guinness World Records sebagai cabai terpedas.

Mengapa Mengukur Tingkat Kepedasan itu Penting?

Pengukuran tingkat kepedasan cabai bukan hanya untuk kepentingan kuliner. Ada beberapa alasan penting di baliknya:

  1. Keselamatan Konsumen
    Cabai dengan tingkat kepedasan ekstrem dapat menyebabkan reaksi kuat pada tubuh, mulai dari iritasi lambung hingga rasa terbakar di mulut. Skala Scoville membantu produsen makanan memberikan peringatan yang jelas.
  2. Standarisasi Industri Makanan
    Produsen saus, bumbu, hingga camilan pedas memerlukan standar kepedasan agar produk yang dihasilkan konsisten dan sesuai dengan selera pasar.
  3. Penelitian dan Kesehatan
    Capsaicin pada cabai juga memiliki manfaat kesehatan, seperti membantu meningkatkan metabolisme, mengurangi nyeri, dan berpotensi digunakan dalam obat-obatan. Dengan adanya skala kepedasan, penelitian medis dapat dilakukan dengan lebih akurat.
  4. Kebutuhan Kuliner Global
    Tingkat pedas yang dapat diterima bervariasi di setiap budaya. Dengan adanya Skala Scoville, restoran dan produsen makanan dapat menyesuaikan level pedas sesuai dengan target konsumennya.

Kesimpulan

Skala Scoville bukan hanya sekadar angka, tetapi juga menjadi panduan penting dalam memahami dan mengelola rasa pedas pada cabai. Dengan adanya standar ini, masyarakat dapat lebih bijak dalam memilih tingkat kepedasan sesuai kebutuhan, sementara industri makanan dapat menjaga keamanan sekaligus menghadirkan variasi rasa yang sesuai dengan selera. (*)

LAINNYA