EKBIS | TD – Kreativitas adalah kunci untuk menembus pasar global. Dan, Indonesia tak pernah kekurangan produk ekonomi kreatif yang estetik. Produk yang mendasarkan pada keahlian pengrajin ini telah lama menjadi minat dari negara-negara yang telah mengimpornya dari negeri ini. Setidaknya, ada 4 produk ekonomi kreatif berpotensi tinggi ekspor yang layak mendapat lirikan dari para pengusaha atau UMKM untuk menjadi ladang cuan.
Pada tahun 2020, Indonesia mencatat pemasukan negara mencapai 1.100 triliun rupiah hanya dari perdagangan ekonomi kreatif. Beberapa komoditas tersebut termasuk kain khas daerah (batik, ulos, dan tenun), wayang, dan alat musik daerah.
Sandiaga Uno, mantan menteri pariwisata, sempat mengatakan Indonesia merupakan negara ketiga terbesar yang PDB-nya berasal dari sektor ekonomi kreatif pada tahun . Sedangkan dua urutan teratas terisi oleh Amerika Serikat dengan industri perfilman Hollywood-nya, dan Korea Selatan dengan industri hiburan K-Pop-nya.
Karena potensi keuntungannya tersebut, produk ekonomi kreatif dapat menjadi rekomendasi kegiatan usaha, terutama bagi para pemilik UMKM.
Berikut ini merupakan 4 produk ekonomi kreatif berpotensi tinggi ekspor yang dapat menjadi ladang usaha UMKM di Indonesia:
Membicarakan kuliner tidak hanya berkaitan dengan makanannya saja. Tetapi juga mengenai konsep pembuatannya, kemasannya, atau penggunaan bahannya yang berasal dari lingkungan setempat.
Misalnya sebuah produk kopi yang dibuat dengan cara organik. Yaitu dengan biji kopi dari tanaman yang pemeliharaannya hanya menggunakan pupuk alami dan tanpa pestisida sintetis. Pengolahannya digarap oleh tenaga kerja setempat, dan dibungkus dengan kemasan ramah lingkungan (biodegradable). Pada labelnya terdapat cerita tentang filosofi kopi dalam kehidupan bagi penduduk setempat.
Hal tersebut akan menimbulkan citarasa yang unik dan kesan menarik. Ketertarikan pun datang dari orang-orang yang mencintai sejarah dan kopi. Dari sinilah pasar ekspor Amerika dan India terbuka untuk kopi bercitarasa khas Indonesia tersebut.
Hal yang sama pun berlaku bagi komoditas kuliner lainnya. Minuman rempah (jamu) yang diolah dan dikemas secara modern namun ramah lingkungan dan menyertakan filosofinya dapat meningkatkan penjualan di pasar ekspor. Juga es dawet ayu, dodol cokelat, madu kelapa, bistik tempe vegan, coklat berbentuk prajurit keraton, dan lainnya.
Dalam membentuk sebuah produk desain, selain estetika, sangat penting menekankan hal yang fungsional, inovatif, sekaligus peduli akan keberlanjutan.
Misalnya furnitur berupa almari atau satu set meja kursi tamu dari kayu. Selain desain yang unik dan sesuai dengan fungsinya, pernyataan bahwa kayu yang digunakan berasal dari hutan produksi yang legal akan meningkatkan kepercayaan konsumen yang mengutamakan nilai keberlanjutan.
Sebaliknya, kayu yang berasal dari penebangan liar, atau pengolahannya dengan cara yang tidak manusiawi, kemungkinan akan menurunkan nilai jual produk tersebut secara global.
Produk ekonomi kreatif berdesain yang berharga juga dapat berupa produk daur ulang. Misalnya keset kaki dari limbah tekstil, piring ramah lingkungan dari pelepah nipah, jam dinding atau menara jam dari limbah bonggol kayu jati, kulit sintetis dari limbah batang pisang, peralatan makan dari limbah kayu kelapa, lampu dari limbah kaca, dan lainnya.
Salah satu kerajinan tangan yang memiliki nilai tinggi dalam ekspor adalah wayang kulit. Namun, nilai wayang kulit akan bertambah tinggi dengan menonjolkan keberlanjutan. Misalnya menggunakan bahan bekas dari tas kulit yang sudah tak terpakai, atau dari limbah kayu.
Wayang kulit juga memberikan nilai ekonomi berupa estetika lokal dan personal dari senimannya. Hal ini merupakan value yang sangat berharga di pasar Eropa maupun Asia Timur.
Selainnya, kerajinan tangan Indonesia yang berpotensi ekspor tinggi yaitu furniture dengan ukiran khas daerah (dari Jepara, Dayak, Bali), kerajinan perak (dari Bali, Jogja), perlengkapan rumah tangga dari tenun ikat atau kain songket, anyaman bambu atau rotan, keramik (Kasongan Jogja, Cirebon Jawa Barat), alat musik angklung dan flute dari bambu/kayu, dan lainnya.
Salah satu value yang terus bergaung dalam dunia kreatif adalah budaya dan keberlanjutan. Demikian juga dalam hal produk gaya busana.
Contoh dari produk ekonomi kreatif gaya busana yang mempunyai peminat sangat banyak adalah kain batik dengan pewarna organik, tenun dari serat alami, kain atau syal motif eco-printing, atau fesyen yang berasal dari bahan daur ulang. Produk-produk tersebut menjadi permintaan ekspor dari Amerika Serikat, Swiss, dan juga Jepang.
Demikianlah 4 produk ekonomi kreatif yang berpotensi tinggi ekspor dari Indonesia. Tidak hanya mengusung desain estetik yang selaras dengan fungsinya, produk-produk tersebut juga mengutamakan inovasi, budaya, dan keberlanjutan yang sangat penting bagi lingkungan. Elemen-elemen tersebutlah yang akan mempertinggi nilai sebuah produk di mata konsumen global. (Patricia)