KESEHATAN | TD – Penggunaan bahan kimia dalam sektor pertanian telah menjadi praktik umum untuk meningkatkan hasil panen dan efisiensi produksi. Salah satu zat yang paling sering digunakan adalah glifosat, sebuah herbisida spektrum luas yang dirancang untuk mengendalikan gulma. Meskipun efektif dalam dunia pertanian, keberadaan residu glifosat dalam berbagai produk makanan yang kita konsumsi sehari-hari menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Hal ini memunculkan pertanyaan penting, seberapa berbahaya glifosat bagi kesehatan manusia?
Glifosat adalah senyawa kimia yang dikembangkan sebagai herbisida, yang berfungsi untuk membunuh gulma dengan cara menghambat enzim esensial yang diperlukan tanaman untuk tumbuh. Karena kemampuannya yang efektif dalam memberantas berbagai jenis gulma, glifosat telah digunakan secara luas di sektor pertanian, kehutanan, dan bahkan di taman rumah tangga.
Keunggulan glifosat dalam hal efisiensi dan biaya operasional menjadikannya pilihan utama bagi banyak petani. Namun, residu dari penggunaan glifosat dapat tetap ada pada hasil panen, yang kemudian masuk ke dalam rantai makanan manusia.
Paparan glifosat tidak hanya terjadi pada pekerja pertanian atau individu yang langsung menangani bahan ini. Berikut adalah beberapa jalur masuknya glifosat ke dalam tubuh manusia:
Sejumlah penelitian ilmiah menunjukkan adanya potensi risiko kesehatan akibat paparan glifosat dalam jangka panjang:
– Kanker: Pada tahun 2015, International Agency for Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikan glifosat sebagai “probable human carcinogen” (kemungkinan bersifat karsinogenik bagi manusia).
– Kerusakan hati: Penelitian tahun 2017 menemukan hubungan antara paparan glifosat dan penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD).
– Gangguan hormon dan sistem reproduksi: Beberapa studi menunjukkan bahwa glifosat dapat mempengaruhi keseimbangan hormon, terutama pada dosis tinggi.
Meskipun demikian, perdebatan di kalangan ilmuwan dan lembaga masih berlangsung mengenai seberapa besar efek negatif glifosat pada dosis rendah yang biasanya ditemukan dalam makanan.
Berbagai lembaga internasional telah menetapkan batas aman untuk konsumsi glifosat:
Meskipun tidak dapat sepenuhnya dihindari, risiko paparan glifosat dari makanan dapat dikurangi melalui beberapa langkah berikut:
Keberadaan glifosat dalam makanan sehari-hari memang menimbulkan kekhawatiran, terutama jika dikonsumsi secara terus-menerus dalam jangka panjang. Meskipun sebagian besar studi menunjukkan bahwa kadar paparan masih berada di bawah ambang aman, potensi risiko bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan wanita hamil tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih cermat dalam memilih makanan dan mendukung regulasi yang lebih ketat demi menjaga kesehatan bersama. (*)