FENOMENA ALAM | TD – Fenomena udara dingin yang dirasakan di berbagai daerah di Indonesia belakangan ini telah memicu berbagai spekulasi di kalangan masyarakat. Salah satu asumsi yang cukup umum adalah bahwa suhu dingin ini disebabkan oleh Aphelion, momen ketika Bumi berada pada jarak terjauh dari Matahari. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan klarifikasi bahwa cuaca dingin tersebut tidak ada hubungannya dengan Aphelion, melainkan dipengaruhi oleh faktor atmosfer lain yang bersifat musiman.
Memahami Aphelion dan Dampaknya terhadap Iklim
Aphelion adalah kondisi ketika Bumi berada pada jarak terjauh dari Matahari dalam orbit tahunan, yang biasanya terjadi pada awal Juli. Meskipun jarak ini meningkat sekitar 2–3 juta kilometer dibandingkan dengan titik terdekat (perihelion), BMKG menegaskan bahwa dampak fenomena ini terhadap perubahan suhu di Bumi, khususnya di wilayah tropis seperti Indonesia, sangat kecil.
Energi matahari yang diterima Bumi selama Aphelion tidak mengalami penurunan yang signifikan. Oleh karena itu, suhu dingin yang dirasakan di beberapa wilayah Indonesia tidak dapat langsung dihubungkan dengan fenomena astronomi ini.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Cuaca Dingin
BMKG menyatakan bahwa suhu udara yang lebih rendah saat ini lebih disebabkan oleh beberapa faktor musiman yang umum terjadi selama periode kemarau, antara lain:
1. Angin Monsun Dingin dari Australia
Selama musim kemarau, Australia mengalami musim dingin. Angin yang bertiup dari Australia menuju Indonesia membawa massa udara kering dan dingin, yang menyebabkan penurunan suhu di wilayah selatan Indonesia.
2. Langit Cerah dan Minim Awan
Pada musim kemarau, tutupan awan relatif sedikit, terutama pada malam hingga dini hari. Hal ini menyebabkan panas yang tersimpan di permukaan Bumi lebih cepat dilepaskan ke atmosfer, sehingga suhu udara menurun secara signifikan.
3. Topografi dan Ketinggian Wilayah
Daerah dataran tinggi seperti Dieng, Malang, dan sebagian wilayah Nusa Tenggara dapat mengalami penurunan suhu yang lebih drastis. Bahkan, embun es atau embun upas dapat muncul akibat suhu yang mendekati titik beku.
4. Fenomena Musiman yang Wajar
BMKG menegaskan bahwa kondisi udara dingin seperti ini merupakan bagian dari pola iklim tahunan yang biasa terjadi di Indonesia. Fenomena ini bukanlah hal yang berbahaya, tetapi merupakan hal yang wajar terjadi pada puncak musim kemarau, khususnya antara bulan Juli hingga September.
Masyarakat diimbau untuk menjaga kesehatan, terutama saat malam hingga pagi hari, ketika suhu mencapai titik terendah. Penggunaan pakaian hangat, menjaga asupan cairan, dan cukup istirahat menjadi langkah penting untuk menghindari gangguan kesehatan akibat suhu dingin.
Kesimpulan
Suhu dingin yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia pada musim kemarau bukan disebabkan oleh Aphelion, melainkan oleh kombinasi faktor musiman seperti angin monsun dari Australia, minimnya tutupan awan, serta pengaruh geografis. Memahami penyebab cuaca dingin ini dengan benar sangat penting agar masyarakat tidak terjebak pada informasi yang menyesatkan dan dapat lebih waspada terhadap perubahan cuaca yang bersifat alami. (*)