TIPS | TD – Kehidupan di era digital dengan ritme kesibukan yang tiada akhir membuat ketergantungan pada perangkat seluler semakin meningkat. Namun, hal ini seringkali tidak seiring dengan daya tahan baterai pada ponsel yang terus menerus digunakan. Powerbank kemudian muncul sebagai solusi untuk menyelamatkan momen-momen kritis saat ponsel hampir mati namun komunikasi harus tetap berjalan.
Tetapi tidak setiap powerbank benar-benar dapat diandalkan. Di antara berbagai tipe powerbank yang ada di pasaran, penulis merekomendasikan 3 powerbank paling awet yang terjamin ketangguhannya untuk mendukung aktivitas super sibuk Anda.
Penulis terinspirasi untuk menulis artikel ini karena punya pengalaman pribadi yang tak terduga. Yaitu sebuah powerbank berkapasitas jumbo 30.000 mAh dari merek ternama seharga Rp450 ribu, ternyata drop parah hanya dalam 2 jam pemakaian. Padahal sejak dibeli pada dua tahun sebelumnya, perangkat ini belum pernah digunakan.
Alih-alih memberikan daya tahan charging ke HP yang luar biasa sebagaimana yang diharapkan untuk powerbank berkapasitas besar tapi kenyataannya powerbank tersebut tidak mampu memenuhi ekspektasi. Maka berawal dari sinilah muncul pertanyaan, “Mengapa kapasitas besar bisa mengalami downgrade parah setelah tidak pernah dipakai selama 2 tahun? Apa yang sebenarnya terjadi pada powerbank yang dibiarkan terlalu lama dalam kondisi tidak aktif (dorman)?”
Secara kimiawi, baterai lithium-ion akan bekerja dengan optimal apabila mengalami siklus arus listrik masuk dan keluar secara berkala. Ketika powerbank dibiarkan dalam kondisi penuh atau kosong dalam waktu yang lama maka struktur internal selnya akan mengalami degradasi alami. Hal ini dikenal sebagai calendar aging. Ini merupakan istilah teknis yang mengacu pada penurunan kapasitas baterei secara alami seiring dengan berjalannya waktu, meskipun tidak digunakan.
Ion lithium yang tak pernah mendapat aliran arus listrik akan kehilangan struktur kristalnya secara gradual yang menyebabkan kapasitas aktualnya turun jauh di bawah deskripsi pabrik. Sebaliknya jika powerbank sering menerima cas dan pemakaian rutin maka ion-ion di dalamnya akan sering aktif sehingga proses degradasinya akan berjalan dengan lebih lambat.
Namun perlu untuk menjadikan perhatian, bahkan powerbank yang sering terpakai pun tetap akan menurun performanya secara bertahap. Terutama jika sering overcharge, overheat, atau memakai adaptor yang tidak stabil. Dengan kata lain, baik penggunaan secara aktif maupun pasif maka semua powerbank akan tetap memiliki umur pakai alami. Yang membedakan hanyalah kecepatan dan stabilitas penurunan selama fase degradasi internal pada sel ion lithium.
Di pasar global kualitas sel lithium secara umum terbagi dalam 3 kategori:
– Grade C: Umur pendek, efisiensi rendah, rentan cepat ngedrop.
– Grade B: Standar menengah, untuk produk dengan harga terjangkau.
– Grade A: Kualitas tinggi, biasa menjadi andalan produsen papan atas (misal: Samsung SDI, LG Chem, Panasonic).
Powerbank dengan sel Grade A cenderung memiliki:
– Siklus isi ulang 800–1000 kali.
– Efisiensi konversi >90%.
– Penurunan kapasitas lambat meskipun dalam penyimpanan lama.
Sebaliknya powerbank murah yang terlihat besar dan berat seringkali mengandung sel berkualitas rendah atau sel daur ulang sehingga kapasitas yang tertulis hanyalah ilusi (kapasitas riil sangat jauh dari deskripsi produk).
Untuk meminimalkan kemungkinan performa powerbank yang tak sesuai ekspektasi, penulis melakukan riset kecil-kecilan dan menemukan 3 powerbank yang paling dapat diandalkan berikut ini untuk Anda.
– Sel: Samsung / LG Grade A++.
– Teknologi: PowerIQ 3.0, MultiProtect BMS.
– Efisiensi: 90–93%.
– Daya tahan uji nyata: Masih kuat setelah 3–5 tahun pemakaian intensif.
– Kelebihan: Ringan, stabil, reputasi global.
– Ideal untuk: Pengguna harian, traveler, dan profesional.
– Sel: Samsung 21700-50E.
– Efisiensi: 88% @20V.
– Ketahanan: Stabil bahkan untuk menopang cas laptop atau tablet berat.
– Kelebihan: Tahan panas, desain efisien, fast charge multi-device.
– Ideal untuk: Teknisi, pelajar intensif, pengguna laptop.
– Teknologi: Lithium Iron Phosphate (LFP).
– Siklus pakai: 3000–5000+.
– Efisiensi: ±85–88%.
– Keunggulan: Tahan simpan dalam waktu lama tanpa degradasi signifikan.
– Catatan: Lebih berat dan mahal, tapi paling awet.
– Ideal untuk: Backup jangka panjang, kebutuhan darurat, pengguna yang ingin investasi daya.
Powerbank yang awet dan tahan lama memang memerlukan investasi awal yang lebih tinggi. Namun dalam penggunaan jangka panjang justru lebih ekonomis dan efisien karena menawarkan stabilitas kapasitas yang terjaga dan efek degradasi yang lambat. Inilah yang membedakan antara perangkat penyimpan daya biasa dengan perangkat yang benar-benar dapat menjadi andalan dalam setiap situasi yang mendesak.
Dalam kehidupan modern yang serba mobile maka kehadiran powerbank bukanlah sekadar aksesori. Melainkan sebagai penopang energi smartphone saat kita berada di luar ruangan. Seperti dalam perjalanan, di tempat kerja, atau di lokasi dengan tanpa sumber listrik. Maka oleh karena itu memilih powerbank yang benar-benar tahan lama bukan hanya soal spesifikasi teknis. Tetapi juga soal efekfifitas dan efisiensi penggunaan jangka panjang.
“Energi cadangan yang bisa diandalkan adalah separuh dari kapasitasitas riil dari produk powerbank itu sendiri.”–Sugeng Prasetyo, Penulis
Editor: Patricia
Sumber Referensi: