HIBURAN | TD – Setelah beberapa waktu vakum, The Rock Campus (TRC) yang diprakarsai oleh musisi multitalenta Ezra Simanjuntak kini kembali hadir dengan format baru yang menarik: podcast! Episode perdana podcast ini mulai tayang pada Jumat, 14 Maret 2024 ini di kanal YouTube The Rock Campus, dan akan menampilkan bintang tamu istimewa, Pay Burman, salah satu ikon musik rock Indonesia.
Kembali dengan Semangat Baru
Ezra Simanjuntak, sosok inspiratif di dunia musik rock Indonesia, berkomitmen untuk menghidupkan kembali semangat dan energi yang pernah mengisi scene musik tanah air. Dengan beralih ke format podcast, TRC bertujuan untuk menjangkau lebih banyak pendengar dan memberikan wawasan mendalam tentang perjalanan musik, tantangan, dan inspirasi dari para musisi. Ezra percaya bahwa podcast adalah cara yang efektif untuk menjalin koneksi yang lebih dekat dengan penggemar dan pendengar, serta memberikan platform bagi musisi untuk berbagi cerita mereka secara lebih intim.
Episode Perdana: Menghadirkan Pay Burman
Dalam episode perdana ini, Ezra akan berbincang dengan Pay Burman, seorang musisi yang telah lama berkontribusi pada perkembangan musik rock di Indonesia. Pay, yang dikenal sebagai gitaris legendaris dan salah satu anggota ikonik dari band Slank, akan berbagi cerita tentang perjalanan karirnya, pengalaman di industri musik, serta pandangannya tentang perkembangan musik rock saat ini.
Obrolan antara Ezra dan Pay akan membawa pendengar kembali ke masa-masa nostalgia mereka di Gang Potlot, markas legendaris Slank. Mereka membahas kenangan indah dan tantangan yang dihadapi selama masa-masa awal karir mereka, serta bagaimana semangat berkarya Pay Burman terus menginspirasi banyak musisi hingga saat ini.
Selain itu, keduanya juga bercerita masa-masa sulit hidup mereka saat terjerat narkoba, hingga akhirnya bisa sembuh dan keluar dari lingkaran setan narkoba. Sebuah pengalaman hidup yang pahit dan getir.
Diskusi ini diharapkan tidak hanya memberikan informasi menarik bagi para penggemar musik, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda yang ingin mengejar karir di dunia musik.
Informasi Baru untuk Para Penggemar
Salah satu daya tarik utama dari episode ini adalah banyaknya informasi baru yang dibagikan, yang mungkin belum pernah didengar oleh penggemar musik rock, terutama para Slanker. Ezra dan Pay akan membahas berbagai topik, mulai dari proses kreatif bermusik hingga tantangan yang dihadapi kala itu. Mereka juga akan mengungkap cerita-cerita menarik di balik layar yang belum terungkap ke publik.
Mengapa Podcast?
Dengan semakin populernya format podcast, Ezra melihat kesempatan untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan memberikan platform bagi musisi untuk berbagi cerita mereka. Podcast ini akan menjadi wadah bagi para pendengar untuk mendalami lebih jauh tentang dunia musik rock, serta mengenal lebih dekat sosok-sosok yang berkontribusi dalam industri ini. Selain itu, format podcast memungkinkan pendengar untuk menikmati konten dengan cara yang lebih fleksibel, baik saat beraktivitas sehari-hari, seperti berkendara, berolahraga, atau bahkan saat bersantai di rumah.
Membangun Komunitas Melalui Podcast
Ezra juga berharap bahwa dengan hadirnya podcast ini, akan terbentuk komunitas yang lebih solid di kalangan penggemar musik rock. Melalui interaksi di media sosial dan platform podcast, pendengar dapat berbagi pendapat, pengalaman, dan rekomendasi musik, serta mendiskusikan topik-topik yang diangkat dalam setiap episode. Ezra berkomitmen untuk mendengarkan masukan dari pendengar dan menghadirkan bintang tamu yang relevan dengan minat dan kebutuhan audiens.
Siapa Ezra Simanjuntak?
Nama Ezra Simanjuntak bagi generasi milenial tentu sudah tak asing lagi, namun bagi generasi Z penikmat musik rock, Ezra mungkin sosok yang baru dikenal.
Ezra Simanjuntak adalah seorang musisi metal yang lahir di Honolulu, Hawaii, pada 26 September. Ia bukan hanya sekadar gitaris, tetapi juga seorang seniman multitalenta yang telah mengukir namanya di kancah musik rock tanah air. Dengan penampilan khasnya yang gondrong dan gaya yang sangat metal, Ezra berhasil menarik perhatian banyak penggemar musik, terutama di kalangan generasi muda.
Sejak kecil, Ezra menunjukkan bakat luar biasa dalam seni. Di usia tiga tahun, ia sudah bisa membaca koran, dan hingga kini, ia telah membaca lebih dari 3000 buku. Kecintaannya pada seni tampaknya diwarisi dari ibunya, seorang pelukis berbakat. Di usia 11 tahun, Ezra sudah dianggap sebagai ‘child prodigy’ oleh gurunya berkat kemampuan melukisnya yang setara dengan seniman profesional. Namun, saat harus memilih antara melanjutkan karir di seni visual atau mengeksplorasi dunia musik, Ezra memilih untuk mengejar musik, yang kemudian membawanya ke jalur yang penuh tantangan dan kesuksesan.
Perjalanan musik Ezra dimulai saat ia kuliah di University of Hawaii. Meskipun awalnya mengajukan aplikasi untuk bidang Fisika, Biokimia, dan Arsitektur, ketertarikan Ezra pada gitar membawanya ke dunia musik. Teman pertamanya yang mengajarinya chord gitar adalah Ishak, dan lagu “La Bamba” versi Los Lobos menjadi tantangan pertamanya. Seiring waktu, Ezra semakin terpesona dengan blues dan heavy metal, terutama setelah melihat improvisasi spontan blues untuk pertama kalinya. Momen ini menjadi titik balik yang mengubah pandangannya tentang musik dan membangkitkan semangatnya untuk tampil di depan umum.
Setelah beberapa waktu, Ezra memutuskan untuk mengambil kursus gitar yang lebih serius. Ia bertemu dengan Frank Paulino, seorang gitaris berbakat yang merupakan murid dari Marty Friedman, mantan gitaris Megadeth. Frank membantu Ezra mengembangkan wawasan musiknya dan menanamkan disiplin dalam berlatih. Meskipun hanya belajar selama 2,5 bulan, pengalaman ini sangat berharga bagi perkembangan karir musiknya. Keluarga Ezra, yang memiliki latar belakang akademis kuat, juga berperan dalam membentuk karakternya dan membantunya memahami pentingnya disiplin dalam berkarya.
Keputusan Ezra untuk kembali ke Indonesia pada tahun 2000 menjadi titik balik dalam karir musiknya. Meskipun sempat menjajal karir di Los Angeles, ia merasa lebih terhubung dengan budaya dan masyarakat Indonesia. Saat kembali, Ezra tidak hanya membawa pengalaman musik yang kaya, tetapi juga semangat untuk menghidupkan kembali scene rock yang sempat meredup. Ia mulai berkolaborasi dengan berbagai musisi lokal dan terlibat dalam berbagai proyek musik, yang semakin memperkuat posisinya di industri musik Indonesia.
Ezra mendirikan The Rock Kampus (TRC) sejak 5 Februari 2015, sebuah platform musik rock yang telah mencapai 165 episode dan menampilkan lebih dari 800 penampilan band, termasuk lebih dari 100 nama besar dalam musik rock Indonesia tanpa investor maupun sponsor. TRC menjadi wadah bagi para musisi muda untuk menunjukkan bakat mereka dan mendapatkan pengalaman tampil di depan publik. Dengan dedikasi dan semangatnya, Ezra Simanjuntak tidak hanya berkontribusi pada perkembangan musik rock, tetapi juga menginspirasi generasi muda untuk mengejar passion mereka dalam musik.
Seperti banyak musisi lainnya, perjalanan Ezra tidak selalu mulus. Ia menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kesulitan finansial hingga persaingan yang ketat di industri musik. Namun, semangatnya untuk berkarya dan menciptakan musik yang berkualitas tidak pernah pudar. Musisi rock yang telah membaca 3.000 lebih buku ini percaya bahwa setiap tantangan adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Ia terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dan mengeksplorasi berbagai genre musik, menjadikannya seorang musisi yang fleksibel dan inovatif.
Kini, Ezra kembali hadir menyemarakkan atmosfer musik rock di tanah air dengan perbincangan bersama berbagai musisi rock legendaris Indonesia dalam platform podcast yang akan membuka wawasan, semangat, dan gairah pecinta musik cadas! So, bagi kamu yang Ezra dan kabar terkini musisi rock legend tanah air, mampir saja ke kanal YouTube The Rock Kampus (*)