DESTINASI | TD — Di tengah kesibukan perkuliahan, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang mendapatkan kesempatan langka untuk mengikuti studi banding ke Yogyakarta. Salah satu destinasi yang menjadi sorotan adalah Pantai Kukup, sebuah pantai yang dikenal dengan keindahan alamnya dan kekayaan budaya lokal. Kegiatan yang berlangsung pada awal tahun 2024 ini, tidak hanya menjadi ajang belajar, tetapi juga mempererat tali persahabatan di antara mahasiswa.
Pantai Kukup terletak di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul, dan merupakan salah satu deretan tempat wisata alam di Yogyakarta yang tak boleh dilewatkan. Perjalanan menuju Pantai Kukup dari pusat Kota Yogyakarta dapat ditempuh dalam waktu 2 hingga 3 jam. Akses jalan ke pantai berpasir putih ini terbilang mudah, dengan kondisi jalan yang baik dan dapat dilalui oleh beragam kendaraan bermotor, seperti mobil, motor, dan bus. Meskipun begitu, pengunjung tetap harus berhati-hati, karena beberapa titik jalan di kawasan ini ada yang berkelok dan menanjak, serta ukurannya tidak terlalu lebar.
Setibanya di Pantai Kukup, kami disambut oleh deburan ombak dan panorama laut biru yang menakjubkan. Tiket masuk ke Pantai Kukup cukup terjangkau, yakni Rp10.000 per orang. Fasilitas yang disediakan juga lengkap, mulai dari musala, toilet, aula, tempat makan, hingga toko suvenir dan penginapan yang tersebar di sekitar destinasi wisata ini.
Tanpa membuang waktu, kami langsung menuju aula yang telah disiapkan untuk sesi pembukaan dan pembagian kelompok. Kegiatan pertama adalah eksplorasi ekosistem pantai. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengamati beragam biota laut, seperti bintang laut, ikan kecil, dan alga yang tumbuh di sela-sela karang. Beberapa teman tampak antusias mencatat, sementara yang lain sibuk mengabadikan momen dengan kamera. “Saya sangat terkesan dengan keanekaragaman hayati di sini. Ini adalah pengalaman belajar yang sangat berharga,” ungkap Rina, salah satu mahasiswa yang ikut serta.
Salah satu daya tarik utama Pantai Kukup adalah keragaman biota lautnya. Saat kondisi pantai surut, pengunjung dapat dengan mudah menemukan aneka biota laut seperti bulu babi, kerang, dan berbagai jenis ikan di tepi pantai. Warga setempat juga memanfaatkan keragaman biota laut ini untuk meningkatkan taraf ekonomi mereka, dengan membuat olahan makanan dan suvenir khas yang berbahan dasar ikan dan kerang, lalu menjualnya kepada pengunjung sebagai oleh-oleh.
Setelah eksplorasi, kami melanjutkan dengan diskusi budaya. Dalam sesi ini, kami belajar tentang mitos dan sejarah Pantai Kukup, termasuk cerita lokal yang mengisahkan asal-usul namanya. Salah satu hal yang menarik adalah kepercayaan masyarakat setempat terhadap kekuatan gaib yang menjaga pantai ini. “Mendengar cerita-cerita ini membuat saya lebih menghargai budaya lokal dan pentingnya menjaga lingkungan,” kata Andi, mahasiswa lainnya.
Pantai Kukup juga memiliki daerah laut dangkal yang relatif tenang, membentang sekitar 100 meter dari garis pantai. Kawasan dangkal ini dibatasi oleh gundukan terumbu karang di ujung pantai, berfungsi sebagai perlindungan alami dari gelombang laut yang besar. Di sepanjang tepi pantai yang dangkal ini, kami dapat menemukan terumbu karang, bintang laut, dan berbagai jenis ikan hias yang unik. Ragam biota laut lainnya juga dapat dengan jelas terlihat dari atas.
Waktu makan sore menjadi momen yang tak kalah seru. Kami menikmati bekal bersama di bawah rindangnya pohon pandan, berbagi cerita dan tawa. Suasana hangat ini semakin mempererat hubungan antar teman. Setelah itu, sebagian dari kami memutuskan untuk bermain air di tepi pantai, sementara yang lain mendaki bukit karang untuk menikmati pemandangan dari ketinggian. “Melihat sunset dari atas bukit adalah salah satu momen terbaik hari ini,” ujar Siti, yang terlihat terpesona oleh keindahan alam.
Menjelang maghrib, sebelum meninggalkan pantai, kami bersama-sama membersihkan area sekitar sebagai bagian dari kampanye peduli lingkungan. Kegiatan ini tidak hanya memberikan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. “Kami ingin meninggalkan pantai ini dalam keadaan bersih, sebagai bentuk penghormatan terhadap alam,” kata Dosen Pembimbing, Dr. Budi.
Sebelum pulang, kami mengadakan sesi foto bersama di Pantai Kukup. Foto-foto ini akan menjadi saksi betapa serunya pertemanan kami, serta kenangan yang akan mengingatkan kami pada momen-momen indah ini, terutama ketika kami sudah lulus dan menjalani kehidupan masing-masing. “Ini adalah kenangan yang akan selalu saya ingat. Momen-momen seperti ini sangat berharga,” ungkap Rina sambil tersenyum.
Di sebelah timur Pantai Kukup, terdapat sebuah pulau karang yang dinamakan Pulau Jumino. Kedua pantai tersebut dihubungkan oleh sebuah jembatan yang dapat digunakan oleh para wisatawan untuk melihat Pulau Jumino secara lebih dekat. Pulau ini dilengkapi dengan garda pandang yang dirancang khusus, memungkinkan para pengunjung menikmati panorama laut lepas dari pulau tersebut. “Jembatan ini memberikan akses yang mudah untuk menjelajahi Pulau Jumino. Pemandangan dari sana sangat menakjubkan,” kata Andi, yang terlihat antusias saat melangkah di atas jembatan.
Sebelum meninggalkan Pantai Kukup, kami juga berkesempatan untuk menyaksikan tradisi Sedekah Laut, sebuah upacara yang melibatkan pelarungan sesaji yang dipersembahkan untuk Ratu Pantai Selatan. Upacara ini diadakan setiap bulan Suro dalam penanggalan Jawa dan dipimpin oleh tetua yang menjadi juru kunci pantai. “Melihat upacara ini memberikan pengalaman yang berbeda. Kami tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga belajar tentang budaya lokal yang kaya,” ujar Siti, yang terpesona oleh prosesi tersebut.
Setelah puas bermain di pantai dan menyaksikan tradisi lokal, kami melanjutkan perjalanan pulang. Perjalanan pulang terasa hening, sebagian besar dari kami kelelahan. Namun, di balik rasa lelah itu, ada kepuasan dan kenangan indah yang akan terus melekat. Studi tour ke Pantai Kukup bukan sekadar perjalanan biasa, melainkan sebuah petualangan yang mempererat persahabatan dan memperkaya wawasan.
Hari itu ditutup dengan senyum lebar dan doa agar pengalaman ini menjadi awal dari petualangan-petualangan lainnya. Pantai Kukup akan selalu menjadi salah satu tempat istimewa dalam cerita hidup kami, sebuah kenangan yang tak akan pernah pudar. Dengan harapan, pengalaman ini akan menginspirasi mahasiswa lainnya untuk lebih mencintai alam dan budaya lokal, serta menjaga kelestariannya untuk generasi mendatang.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan pelajaran berharga tentang keindahan alam, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Pantai Kukup, dengan segala keindahan dan keunikannya, telah menjadi saksi bisu dari perjalanan kami, dan kami berjanji untuk selalu mengenang dan menjaga keindahan alam yang telah memberikan banyak makna dalam hidup kami.
Penulis: Sugeng Riyadi, Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Tangerang. (*)