Dampak Buruk Politik Uang dalam Pemilu: Mengancam Integritas Demokrasi di Indonesia

waktu baca 4 menit
Senin, 25 Nov 2024 20:28 0 111 Redaksi

OPINI | TD — Demokrasi merupakan fondasi penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, dan di Indonesia, praktik politik uang atau money politik telah menjadi ancaman serius terhadap integritas tersebut. Obsesi untuk menjadi pemimpin sering kali mendorong individu untuk menggunakan cara-cara tidak etis, tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi masyarakat. Money politik dapat merusak nilai-nilai demokrasi yang seharusnya dijunjung tinggi, karena praktik ini bertentangan dengan asas-asas pemilu yang fair dan transparan.

Pencegahan praktik politik uang merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah penegakan aturan yang ketat sebagai dasar hukum bagi pelaku politik uang. Dengan langkah ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami bahaya dari tindakan semacam itu. Selain itu, peningkatan pendidikan politik bagi masyarakat dan pengawasan yang lebih ketat selama masa pemilu sangatlah penting. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) harus memperkuat upaya pencegahan money politik dengan membentuk gerakan anti-politik uang yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

Pengaruh politik uang dalam penyelenggaraan pemilu di Indonesia sangat merugikan bagi kesejahteraan bangsa. Praktik ini dapat merusak legitimasi demokrasi serta kualitas calon legislatif yang ada. Money politik sering kali dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, memanfaatkan kekuasaan dan sumber daya yang dimiliki untuk mempengaruhi pemilih dan mencurangi proses pemilu. Akibatnya, korupsi menjadi lebih mengakar, pelanggaran hukum semakin marak, dan partisipasi politik masyarakat menurun. Oleh karena itu, diperlukan penegakan hukum yang tegas, transparansi, dan pendidikan politik bagi pemilih agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat saat memberikan suara.

Beberapa faktor yang menyebabkan praktik money politik dalam pemilihan umum di Indonesia antara lain adalah tingginya angka kemiskinan yang mendorong masyarakat untuk menerima tawaran uang demi memperoleh kebutuhan ekonominya. Hal ini membuat mereka rentan terhadap praktik jual beli suara. Selain itu, akses informasi yang minim, terutama di daerah pedesaan, juga menjadi penyebab utama terjadinya politik uang. Rendahnya kualitas pendidikan membuat masyarakat kurang memahami pentingnya proses demokrasi, sehingga mereka mudah terpengaruh oleh tawaran yang diberikan.

Hubungan antara pelaku politik dan masyarakat juga memainkan peranan penting dalam terjadinya praktik ini. Calon kandidat yang memberikan uang untuk mempengaruhi keputusan pemilih menciptakan ketidakseimbangan dalam kompetisi politik. Dalam situasi ini, kandidat yang memiliki sumber daya lebih dapat mendominasi arena politik, sementara kandidat lain kesulitan untuk bersaing secara adil. Oleh karena itu, evaluasi mendalam terhadap faktor-faktor ini sangat penting bagi lembaga penyelenggara pemilu dan pemerintah untuk memastikan penyelenggaraan pemilu yang demokratis dan berintegritas.

Money politic membawa dampak negatif yang signifikan terhadap demokrasi dan proses pemilihan umum. Praktik ini dapat merusak keadilan pemilu, di mana suara pemilih tidak lagi didasarkan pada visi, misi, dan program calon, melainkan pada imbalan finansial yang diterima. Kepercayaan masyarakat terhadap proses demokrasi juga berkurang, karena mereka mulai meragukan apakah hasil pemilu benar-benar mencerminkan kehendak rakyat. Selain itu, politik uang dapat menciptakan konflik kepentingan antara pihak swasta dan pemerintahan. Calon yang telah mengeluarkan uang untuk memenangkan pemilu sering kali terikat pada sponsor tertentu, sehingga pengambilan keputusan kebijakan yang seharusnya berpihak pada masyarakat justru dipengaruhi oleh kepentingan pribadi.

Dampak jangka panjang dari praktik politik uang sangat serius. Hal ini dapat merusak keadilan dalam berdemokrasi, serta menciptakan ketimpangan sosial dan ekonomi yang lebih dalam. Calon yang berasal dari kalangan kurang mampu akan semakin terpinggirkan, sehingga hanya elit yang mampu berkompetisi secara efektif dalam politik. Praktik ini berpotensi meningkatkan angka korupsi dan kriminalitas di pemerintahan, merugikan masyarakat, dan pada akhirnya mengikis moralitas dalam demokrasi Indonesia secara keseluruhan.

Bagaimanapun, untuk mencapai demokrasi yang sehat, masyarakat perlu memilih pemimpin berdasarkan integritas dan visi-misi, bukan pada tawaran uang. Upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga penyelenggara pemilu, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan sistem pemilu yang adil, transparan, dan demokratis.

Penulis: Hafizhah Dina Nabila
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta)

LAINNYA