Meningitis: Sejarah dan Potensinya Sebagai Wabah ‘X’ yang Menakutkan

waktu baca 7 minutes
Selasa, 19 Nov 2024 10:59 0 Patricia Pawestri

KESEHATAN | TD – Meningitis tercatat pernah menjadi wabah di Indonesia pada tahun 2014 hingga 2017. Penyakit yang menyerang organ otak ini bahkan menimbulkan kematian pada tingkat 11% saat itu.

Sedangkan secara global, Badan Kesehatan Dunia memantau arus penularan meningitis yang berasal dari Benua Afrika. Di tengah-tengah benua tersebut, negara-negara Afrika sub-Sahara, yakni sepanjang Senegal hingga Ethiopia, terdapat ‘Meningitis Belt‘ yang merupakan wilayah utama epidemi meningitis.

Di daerah tersebut, meningitis terjadi musiman. Yaitu saat sering terjadi angin yang kering dan berdebu pada musim kemarau. Jenis angin demikian, ditambah suhu tinggi, membuat lapisan mukosa nasofaring dalam saluran pernapasan di hidung teriritasi dan peka terhadap kuman penyakit.

Kuman yang paling sering menyerang dan menyebabkan meningitis di Afrika saat itu adalah bakteri Neisseria meningitidis. Pemantauan terhadap fluktuasi dan penyebaran penyakit ini kemudian tercatat dilakukan oleh WHO sejak 1987.

Penyebaran pertama yang diketahui yaitu saat pergerakan rombongan haji di Arab Saudi yang membuat meningitis juga muncul di Asia Selatan. Meningitis kemudian menjadi wabah di tiga negara: Chad, Nepal, dan Arab Saudi.

Catatan WHO pada tahun 1996 hingga 2001 menunjukkan wabah ini menjangkiti 100 orang di setiap 100ribu warga Afrika, dan meningkat ke 1000 orang per 100ribu pada puncaknya. Tingkat kematiannya mencapai 15%.

Sedangkan 20% korban yang selamat nyawanya, hidup dalam kecacatan. Penyakit fatal ini secara pasti meninggalkan jejaknya dalam bentuk cacat yang diderita secara permanen bagi penyintasnya. Misalnya ketulian, kebutaan, kejang-kejang, dan gangguan saraf permanen lainnya.

Jurnal pada National Library of Medicine menyebutkan pada tahun 2019, WHO bersama berbagai instansi telah memantau keberadaan meningitis di 204 negara. Pantauan dan tindakan medis dalam program penanganan meningitis, terutama vaksin, terbukti dapat menurunkan angka penderita dan juga tingkat kematian.

Pada masa pantauan 2019 tersebut, yang penyebab meningitis terbanyak berasal dari Neisseria meningitidis. Sedangkan kuman lainnya yang ditemukan yaitu Klebsiella pneumoniae dan Haemophilus influenza. Pada tahun tersebut, WHO berhasil menekan angka kematian hingga 9%. Keberhasilan ini berkat program-program skala dunia, salah satunya vaksin meningokokus serogroup atau kuman yang termasuk dalam kelompok penyebab meningitis.

Dan, kini, menurut situs Kementerian Kesehatan Indonesia, angka penderita meningitis hanya mencapai 1 atau 2 orang dari 100ribu penduduk di Amerika Serikat, dengan tingkat kematian mencapai 14%.

Meningitis di Indonesia

Di Indonesia, tahun 2010 terdata adanya 19.381 penderita meningitis dengan kematian mencapai 1.025 orang menurut situs AI Care. Penyebab terbanyak meningitis di Indonesia berasal dari infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, yaitu bakteri TBC.

Sedangkan jurnal penelitian yang diterbitkan Centers for Disease Control and Prevention menunjukkan epidemi meningitis terjadi di Indonesia pada tahun 2014 hingga 2017. Pada salah satu titik epidemi, yaitu Bali, infeksi mematikan ini banyak disebabkan oleh bakteri Streptococcus suis, atau disebut S.suis.

Puncak penyebaran meningitis di Indonesia terjadi pada tahun 2016. Katadata menunjukkan terdapat 4.313 kematian dari keseluruhan 78.018 penderita meningitis di Indonesia saat itu.

Penyebaran meningitis sangat cepat terjadi dalam komunitas turis dan juga permukiman padat penduduk.

Sedangkan pada tahun 2020, beberapa artis terkenal, di antaranya Glen Fredly, diberitakan meninggal karena meningitis. Penyebab yang sama pun terjadi pada Olga Syahputra.

Potensi Meningitis Sebagai Wabah Pasca Covid-19

Setelah pandemi Covid mereda beberapa waktu lalu, WHO telah memperingatkan bahwa berbagai pandemi lainnya mungkin terjadi disebabkan oleh ‘penyakit X’. Kode untuk penyakit penyebab pandemi ini, salah satu yang berpotensi masuk ke dalamnya adalah meningitis.

Bahkan karena fatalitas dan potensi epideminya tersebut, WHO telah mencanangkan program sejak November 2020 untuk benar-benar menghapuskan keberadaan meningitis dari tengah masyarakat dunia pada tahun 2030.

Sebagai bagian dari masyarakat dunia, tentu perlu ikut serta mewaspadai perihal meningitis, mengingat fatalitas yang timbul akibat infeksinya. Berikut ini beberapa penjelasan mengenai penyakit yang berpotensi wabah tersebut.

Bagaimana Meningitis Menginfeksi Otak

Penyakit meningitis merupakan penyakit berbahaya yang muncul sebagai radang atau infeksi pada lapisan meningen, yaitu lapisan di antara tulang tengkorak dan otak.

Fungsi lapisan yang merupakan pelindung otak hingga ke seluruh jaringan saraf tulang belakang ini dapat terganggu karena adanya kuman-kuman yang menyebabkan kerusakan sel, inflamasi, dan juga pembengkakan.

Pembengkakan lapisan pelindung ini dapat memperbesar tekanan di dalam tempurung kepala dan menimbulkan rasa sakit tak tertahankan. Kemungkinan lain yang bisa terjadi akibat infeksi kuman meningitis adalah naiknya produksi cairan otak (serebrospinal) sekaligus mengganggu sirkulasinya. Dengan demikian, tekanan dalam kepala akan terasa semakin besar dan menyakitkan.

Sel-sel pada lapisan meningen tersebut juga dapat dipastikan akan mengalami kerusakan bersama jaringan otak di sekitarnya. Hal ini akan berbuntut infeksi dan membangkitkan respon dari sistem kekebalan tubuh penderita.

Penderita yang mengalami sakit kepala yang demikian berat, juga akan merasakan mual, muntah-muntah, dan kekakuan pada otot leher. Selain itu, penglihatan penderita akan menjadi begitu peka terhadap cahaya, dan demam suhu tinggi.

Fungsi otak yang menjadi tidak normal juga akan mempengaruhi kesehatan sumsum tulang belakang. Dan, bila perawatan dan obat tidak kunjung diberikan, pasien dapat meregang nyawa.

Kuman-kuman Penyebab Meningitis

Penyebab penyakit ini dapat beragam, mulai dari bakteri, parasit, virus, dan juga jamur.

Berikut ini daftar berbagai kuman penyakit yang dapat menyebabkan meningitis:

1. Bakteri:

a. Streptococcus pneumonia
b. Neisseria meningitidis
c. Haemophilus influenzae
d. Listeria monocytogenes
e. Staphylococcus aureus
f. Diplococcus pneumonia
g. Mycobacterium tuberculosis
h. Escherichia coli
i. Klebsiella pneumoniae
j. Streptococcus suis

2. Parasit:

a. Cacing
b. Amoeba

Parasit cacing dan amoeba dapat masuk ke dalam tubuh penderita, misalnya melalui hidung, ketika mereka berenang di tempat yang berisiko. Di antara saluran napas di hidung dan otak terdapat lapisan pemisah yang dapat dengan mudah dilalui parasit, hingga kemudian menginfeksi lapisan meningen dan otak.

3. Virus:

a. Varicella
b. Measles atau campak
c. Rubella
d. HIV/AIDS
e. Herpes simplex
d. Mumps atau gondok

Virus yang menyerang dapat masuk melalui pembuluh darah dan masuk ke lapisan otak kemudian menginfeksi. Yang perlu diwaspadai dari virus adalah penularannya yang cukup mudah, yaitu melalui droplet. Droplet yang melayang di udara memperbesar kemungkinan penularannya.

4. Jamur:

a. Spora jamur yang terdapat berbagai tempat.

Infeksi jamur bisa berasal dari pepohonan, kotoran burung, tanah, dan ainnya. Meningitis jenis ini hanya terjadi bila penderita mempunyai sistem kekebalan yang lemah. Misalnya pada penderita HIV/AIDS.

Serangan jamur pada lapisan otak dapat menyebabkan penyakit komplikasi dan juga hilangnya nyawa.

5. Penyebab lainnya:

a. reaksi kimia
b. alergi obat,
c. kanker
d. sakit peradangan, misalnya sarcoidosis atau lupus.

Reaksi kimia, misalnya saat obat atau bahan kimia tertentu bekerja di dalam tubuh penderita, dapat mengakibatkan alergi hingga ke selaput pelindung otak. Ini dapat menyebabkan peradangan yang disebut meningitis aseptik.

Sedangkan kanker dapat memicu meningitis dengan penyebarannya ke lapisan pelindung tersebut. Demikian juga peradangan yang terjadi pada lupus, dan penyakit semacamnya, dapat menyebabkan sel tubuh menyerang diri sendiri di area organ otak.

Faktor-faktor Penularan Meningitis

Penularan meningitis terjadi karena beberapa faktor. Misalnya penderita tidak menerima vaksin untuk mencegah paparan dari berbagai jenis kuman di atas.

Kedua, tinggal bersama-sama dalam komunitas, misalnya dalam suatu kamp, dapat memperbesar kemungkinan penularannya karena kuman dapat menyebar lewat udara yang dihembuskan penderita.

Faktor ketiga adalah lemahnya sistem imunitas tubuh ketika kuman penyebab meningitis menular. Selain itu, kondisi hamil juga dapat membuka kesempatan bakteri, khususnya listeriosis, menyerang ibu hamil yang sedang drop kondisi kesehatannya. Risiko terbesar serangan ini adalah gugurnya janin gugur atau kelahiran prematur.

Sedangkan usia paling rentan dalam serangan meningitis adalah periode balita. Meskipun tidak terlepas kemungkinan penyakit ini dapat terjadi pada usia dewasa dan manula.

Pencegahan Meningitis

Meningitis dapat ditangkal dengan menjaga kebersihan secara ketat. Misalnya selalu menggunakan masker, terutama saat diri sendiri menderita flu. Juga menjaga kebersihan lingkungan dan diri. Sangat penting untuk selalu mencuci tangan setelah berinteraksi dengan hewan, setelah selesai membuang hajat, sepulang dari luar rumah, dan setelah bersentuhan dengan binatang.

Selain itu, istirahat yang cukup serta makan bergizi juga sangat membantu mencegah tertular kuman meningitis. Kemudian, lengkapkan diri dengan vaksinasi yang diperlukan sehingga perlindungan terhadap kuman penyakit semakin sempurna. (Pat)

 

LAINNYA