Menyelami Filsafat Nagarjuna: Pemikir Besar dari Abad ke-2 Masehi

waktu baca 2 menit
Senin, 18 Nov 2024 09:58 0 41 Patricia Pawestri

PESOHOR | TD — Nagarjuna, seorang filsuf Buddha yang berpengaruh, lahir pada abad ke-2 Masehi di India Selatan. Ia dikenal sebagai pendiri Aliran Madhyamika, yang menekankan pada doktrin kekosongan atau shunyata.

Meskipun informasi tentang kehidupannya sangat terbatas, Nagarjuna diyakini hidup 400 tahun setelah Sang Buddha mencapai nirwana, dan mungkin dikenal juga sebagai Nagarjuna kedua yang menghasilkan tulisan-tulisan Tantra. Karyanya yang paling terkenal, Mulamadhyamakakarika, menjadi rujukan utama dalam kajian filsafat Buddha Mahayana.

Kehidupan dan Karya

Nagarjuna dikenal melalui beberapa karya sastra, termasuk syair nasihat untuk seorang raja, yang menunjukkan bahwa ia mendapatkan ketenaran pada masanya. Ia juga dipercaya menjabat sebagai kepala biara dan mengguru Aryadeva, seorang tokoh penting dalam Madhyamika. Banyak komentar tentang karya-karya Nagarjuna ditulis di India, Cina, dan Tibet, yang menunjukkan pengaruhnya yang luas dalam tradisi Buddha.

Kontribusi di Dunia Filsafat

Nagarjuna adalah tokoh penting yang menulis dalam konteks Mahayana, mengedepankan gagasan bodhisattva, yaitu individu yang berusaha mencapai pencerahan. Ia juga menyusun Sutrasamuccaya, yang merupakan kumpulan dari 68 sutra Mahayana. Dalam karyanya, Nagarjuna mengklaim bahwa semua fenomena adalah anutpada, berarti tidak ada yang muncul dari dirinya sendiri, melainkan tergantung pada sebab dan kondisi.

Di dalam analisisnya, Nagarjuna memperluas konsep jalan tengah yang diajarkan oleh Sang Buddha, mengidentifikasi jalan tengah antara keberadaan dan ketiadaan, serta antara kekekalan dan pemusnahan. Ia menunjukkan bahwa kepercayaan pada svabhava atau keberadaan intrinsik adalah sumber dari semua penderitaan. Kekosongan, bagi Nagarjuna, bukanlah ketiadaan, melainkan realitas sejati yang menunjukkan bahwa segala sesuatu tidak memiliki eksistensi hakiki.

Pengaruh dan Legasi

Pemikiran Nagarjuna tidak hanya berpengaruh di dunia Timur, tetapi juga di Barat. Pada awalnya, beberapa cendekiawan Eropa menganggap filsafatnya sebagai nihilistik. Namun, seiring waktu, banyak yang mengakui kedalaman pemikirannya, dan ia diakui sebagai salah satu pemikir paling penting dalam sejarah Buddha setelah Sang Buddha sendiri. Karya-karyanya terus dipelajari dan memberikan inspirasi bagi banyak pemikir, baik di dalam maupun luar tradisi Buddha.

Dengan demikian, Nagarjuna menjadi jembatan antara tradisi kuno dan pemikiran modern, membuktikan bahwa warisan intelektualnya masih relevan di era sekarang. Jika Anda ingin mendalami lebih jauh tentang filsafat dan pemikiran Nagarjuna, banyak sumber yang bisa dijadikan rujukan, baik buku maupun artikel online. (*)

LAINNYA