KABUPATEN TANGERANG | TD — Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid (BKPRMI) Provinsi Banten menyalurkan bantuan untuk korban banjir di Desa Kedung, Kecamatan Gunung Kaler, Kabupaten Tangerang, Jumat (26/2/2021).
Ratusan paket sembako diserahkan langsung Ketua Umum BKPRMI Mumtaazul Ibaad kepada warga terdampak didampingi Kepala Desa Kedung, Sa’aduloh di lokasi banjir.
Banjir di desa tersebut hingga Jumat, 26 Februari ini menggenangi rumah ratusan warga di RT 02/01 Kampung Gabus, RT 05/02, RT 06/02, RT 07/02, RT 08/02 Kampung Kedung, dan RT 09/03 Kampung Kedung Sabrang serta sekitar 1.000 hektare area persawahan.
Ketinggian air hingga mencapai sekitar 50 sentimeter atau selutut orang dewasa menyebabkan warga tidak bisa beraktivitas secara normal, sehingga membutuhkan bantuan dari berbagai pihak.
Ketua Umum DPW BKPRMI Banten Mumtaazul Ibaad mengatakan, sudah menjadi kewajiban setiap insan untuk selalu peduli kepada sesama, terlebih mereka yang tengah tertimpa musibah. Sehingga, BKPRMI Banten meski di tengah kondisi pandemi, tidak berdiam diri dan terjun langsung ke lokasi banjir tersebut untuk memberikan semangat kepada para korban banjir.
DPW Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid (BKPRMI) Provinsi Banten saat menyalurkan bantuan untuk korban banjir di Desa Kedung, Kecamatan Gunung Kaler, Kabupaten Tangerang, Jumat (26/2/2021). (Foto: Dok. BKPRMI Banten untuk TangerangDaily).
“Sebagai sesama insan makhluk Allah SWT terlebih sesama muslim, kami berkewajiban untuk turut meringankan beban yang sedang dipikul saudara-saudara kita, meski bantuan yang diberikan tidak seberapa, namun dengan kehadiran kami, mudah-mudahan menambah semangat dan kesabaran saudara-saudara kita ini,” ungkapnya.
Ia menekankan, hal utama yang harus dilakukan saat ini adalah dengan semakin meningkatnya ketakwaan kepada Allah SWT, melakukan intropeksi diri serta mendorong kebijakan yang ramah lingkungan. Sebab, banjir tak lain dari tanda-tanda terjadi kerusakan di muka bumi yang dipicu perbuatan manusia yang tidak memperdulikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan.
Sehingga, kata dia, kerusakan lingkungan akhirnya berdampak pada kerugian yang ditanggung oleh umat manusia sendiri, dan tak sedikit justru mereka yang menjadi korban adalah warga biasa yang tidak tahu sumber kerusakan itu.
“Al Qur’an sebagai pedoman hidup kita sebagai muslim telah menegaskan kita harus menjaga dan merawat kehidupan di muka bumi, jangan berbuat kerusakan, karena dampaknya akan kita tanggung dan kita rasakan sendiri. Banjir adalah bukti bahwa telah terjadi kerusakan itu, kerusakan ekosistem dan ekologi. Maka, kita harus melakukan intropeksi diri, mendorong kebijakan pembangunan yang ramah lingkungan serta menjadi insan yang selalu bersyukur, merasa cukup serta tidak serakah,” jelasnya.
Sebagai lembaga yang juga terus menyuarakan amar ma’ruf nahi mungkar, Mumtaazul menyeru pengambil kebijakan lebih berhati-hati dan selalu mawas diri dalam merumuskan dan memberikan izin penggunaan lahan untuk pembangunan. Dia menegaskan, kajian secara terpadu harus dilakukan, agar persoalan banjir dapat segera diatasi dan segera dapat diminimalisir.
“Tentunya langkah ini perlu komitmen dan keseriusan semua pihak, terutama pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Banjir harus dipandang sebagai persoalan serius karena salah urus kebijakan, sehingga perlu ada evaluasi terpadu dan ada kebijakan mengatasinya, bukan sekedar tanggap bencana semata,” pungkasnya. (Rom)