Refleksi 392 Tahun Kabupaten Tangerang: Antara Ekspektasi dan Kenyataan

waktu baca 5 menit
Minggu, 13 Okt 2024 08:29 0 393 Redaksi

EDITORIAL | TD — Hari ini, Minggu, 13 Oktober 2024, Kabupaten Tangerang berusia 392 tahun. Sejarah panjang ini bukan hanya sekadar angka, tetapi juga merupakan perjalanan yang penuh dengan dinamika, tantangan, dan harapan. Dalam refleksi ini, kita akan mengeksplorasi berbagai ekspektasi yang dihadapi Kabupaten Tangerang, serta kenyataan yang ada di lapangan. Melalui analisis ini, diharapkan kita dapat memahami lebih dalam tentang perkembangan Kabupaten Tangerang dan ke mana arah yang harus dituju untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan.

Salah satu ekspektasi utama masyarakat terhadap Kabupaten Tangerang adalah pertumbuhan ekonomi yang pesat. Selama beberapa tahun terakhir, Kabupaten Tangerang telah mengalami transformasi menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten. Dengan adanya berbagai kawasan industri, perumahan, dan pusat perbelanjaan, banyak orang menaruh harapan besar terhadap kemajuan ekonomi daerah ini. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut tidak selalu diimbangi dengan pemerataan pembangunan, bahkan tingkat pengangguran masyarakat masih menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dijawab oleh pemerintah . Saat ini, masih terjadi kesenjangan pembangunan antara wilayah Tangerang Selatan dengan Utara, sehingga belum terjadi pemerataan dampak dari pertumbuhan ekonomi yang ada. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah daerah untuk tidak hanya fokus pada pertumbuhan, tetapi juga memperhatikan aspek distribusi dan kesejahteraan masyarakat.

Di samping itu, ekspektasi terhadap infrastruktur juga menjadi sorotan penting. Kabupaten Tangerang memiliki potensi yang sangat besar dalam hal infrastruktur, terutama dengan adanya jaringan transportasi yang menghubungkan Jakarta dan daerah sekitarnya. Namun, dalam kenyataannya, masih banyak ruas jalan yang memerlukan perbaikan, serta kurangnya fasilitas umum yang memadai. Masyarakat sering mengeluhkan kemacetan yang parah, terutama di jam-jam sibuk. Untuk memenuhi ekspektasi masyarakat, pemerintah perlu lebih proaktif dalam merencanakan dan membangun infrastruktur yang berkelanjutan, terutama pelebaran jalan.

Selanjutnya, sektor pendidikan juga menjadi perhatian dalam refleksi ini. Masyarakat Kabupaten Tangerang mengharapkan akses pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk pembangunan sekolah baru dan pelatihan bagi para guru. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih ada kesenjangan dalam kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Di Kabupaten Tangerang hadir universitas-universitas swasta ternama, tapi masyarakat Kabupaten Tangerang sendiri masih menjadi penonton, Pemerintah Kabupaten Tangerang perlu melakukan terobosan kebijakan, agar kampus-kampus tersebut tidak menjadi menara gading di tengah kota 1001 industri ini, sementara masyarakatnya terbelakang dari aspek pengetahuan karena ketidakmampuan mengakses pendidikan tinggi sebab kurangnya kemampuan ekonomi. Dengan kebijakan yang lebih inklusif dalam pengembangan pendidikan, semua anak, tanpa memandang latar belakang ekonomi, mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.

Tak kalah pentingnya, isu lingkungan hidup juga menjadi sorotan dalam perjalanan Kabupaten Tangerang. Ekspektasi masyarakat adalah terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat, namun kenyataan yang ada menunjukkan adanya masalah serius terkait pencemaran dan pengelolaan sampah. Dengan pertumbuhan industri yang pesat, dampak negatif terhadap lingkungan tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu mengambil langkah-langkah tegas untuk menjaga kelestarian lingkungan. Implementasi program pengelolaan sampah yang efektif, serta kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan, harus menjadi prioritas.

Selain itu, partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan juga menjadi ekspektasi yang penting. Banyak warga berharap agar mereka dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pembangunan di daerah mereka. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa seringkali proses tersebut tidak transparan dan kurang melibatkan masyarakat. Untuk menjembatani kesenjangan ini, pemerintah perlu menciptakan forum-forum dialog antara pemangku kepentingan dan masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat, pembangunan yang dilakukan akan lebih tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Refleksi perayaan 392 tahun Kabupaten Tangerang juga memberikan ruang bagi kita untuk merenungkan identitas budaya daerah. Masyarakat Kabupaten Tangerang yang multikultural merupakan aset berharga yang harus dijaga dan dilestarikan. Ekspektasi masyarakat adalah adanya pengakuan dan penghargaan terhadap keberagaman budaya yang ada. Meskipun sudah ada berbagai acara seni dan budaya yang digelar, kenyataannya masih banyak yang perlu dilakukan untuk mengembangkan dan mempromosikan budaya lokal. Oleh karena itu, perlu ada kebijakan yang lebih mendukung pengembangan seni dan budaya, termasuk pelatihan bagi seniman lokal dan penyelenggaraan festival budaya yang melibatkan masyarakat.

Dalam konteks kesehatan, ekspektasi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang prima juga patut diperhatikan. Masyarakat menginginkan akses yang mudah dan cepat terhadap layanan kesehatan. Pemerintah daerah harus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan, baik melalui pembangunan fasilitas kesehatan baru maupun peningkatan kapasitas tenaga medis. Selain itu, promosi kesehatan dan pencegahan penyakit juga perlu digalakkan agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan.

Selanjutnya dalam konteks pelayanan publik, Pemerintah Kabupaten Tangerang harus terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia pegawainya, terutama dalam membangun mental sebagai abdi negara, abdi masyarakat dan abdi pelayanan publik. Seorang aparatur sipil negara adalah pelayan masyarakat yang benar-benar harus memiliki sikap dan kepribadian sebagai abdi masyarakat, bukan sebaliknya. Kenyataan di lapangan, sering kali masyarakat dikecewakan oleh pelayanan yang kurang baik dari seorang aparatur, coba bandingkan dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak swasta, misalnya pelayanan di sebuah bank ternama. Meng-upgrade kemampuan dan keterampilan seorang ASN pun perlu terus dilakukan, karena tantangan penyelenggaraan pemerintahan saat ini adalah kemampuan menguasai teknologi informasi, tak sedikit aparatur di Pemkab Tangerang yang belum melek digital alias gaptek (gagap teknologi).

Dalam menyikapi refleksi ini, penting bagi semua pihak untuk berkolaborasi dalam mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan di Kabupaten Tangerang. Pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta perlu bersinergi dalam menyusun rencana aksi yang nyata dan terukur. Dengan pendekatan yang inklusif, transparan, dan partisipatif, Kabupaten Tangerang dapat mewujudkan ekspektasi masyarakat menjadi kenyataan yang lebih baik.

Akhirnya, perjalanan 392 tahun Kabupaten Tangerang adalah sebuah cermin yang memantulkan harapan dan tantangan. Masyarakat berhak untuk berharap dan memperjuangkan yang terbaik bagi daerahnya. Di sisi lain, pemerintah daerah juga harus berkomitmen untuk mendengarkan suara masyarakat dan merespons kebutuhan mereka dengan tindakan nyata. Dengan demikian, masa depan Kabupaten Tangerang yang lebih baik akan dapat terwujud, dan perjalanan panjang ini akan menjadi sebuah kisah sukses bagi semua pihak yang terlibat. (Red)

Unggulan

LAINNYA