LINGKUNGAN | TD – Eco enzyme merupakan cairan yang dihasilkan dari peragian atau fermentasi bahan-bahan organik berupa sisa buah dan sayuran yang berasal dari sampah rumah tangga.
Eco enzyme telah lama dikenal sebagai cairan multifungsi yang ramah lingkungan. Misalnya sebagai larutan pembersih lantai, pencuci buah dan sayur di dapur, dan juga sebagai pupuk alami sekaligus pengendali hama tanaman.
Pemanfaatan bahan sisa menjadi eco enzyme dapat pula mengurangi beban sampah, khususnya yang berasal dari dapur rumah tangga. Ini penting terkait banyaknya gas metana yang timbul dari sampah dapur yang tertimbun di tempat pembuangan sampah umum. Gas metana merupakan salah satu gas rumah kaca dan juga biang dari ledakan kebakaran di tempat pembuangan sampah.
Sejak beberapa waktu lalu, pembuatan eco enzyme banyak dilakukan masyarakat. Karena selain mudah, juga sangat bermanfaat untuk lingkungan.
Manfaat Eco Enzyme
Larutan yang juga disebut ‘garbage enzyme’ ini dapat menjadi cairan pembersih karena kandungan alkohol atau asam asetat yang dihasilkan selama fermentasi.
Selain itu, juga mengandung lipase, protase, dan amilase yang dapat digunakan dalam pengolahan limbah produk susu.
Manfaat eco enzyme lainnya cukup banyak. Misalnya untuk bahan sabun pencuci piring, pembersih dan pengharum ruangan, bahan sabun dan shampoo, dan lainnya.
Cara Membuat Eco Enzyme
Untuk memfermentasikan sampah organik menjadi eco enzyme, berikut langkah-langkahnya:
1. Menyediakan alat dan bahan.
Pilih sampah dapur yang akan digunakan. Pilih bahan segar dari sayur atau buah, misalnya batang sawi, daun kembang kol, buah mangga sisa, kulit apel, bunga turi, irisan jeruk, atau biji rambutan.
Bila pemeraman bahan bertujuan untuk menghasilkan cairan pembersih, gunakan bahan yang dapat menghasilkan alkohol, seperti jeruk nipis, pepaya, dan nanas.
Sediakan juga gula merah dan air. Perbandingan kebutuhan gula merah dengan sayuran/buah sisa dan air adalah 10 gram : 30 gram : 100 gram. Gula merah berfungsi sebagai sumber energi bagi mikroba ragi, dan air berfungsi sebagai media peragian dan juga pelarut gula.
Sedangkan peralatan yang dibutuhkan adalah stoples dengan tutup, dan spatula. Pilihlah stoples berbahan plastik karena lebih mudah menyesuaikan saat gas fermentasi bertambah banyak hingga mampat memenuhi wadahnya.
2. Mencampur semua bahan.
Sebelum mencampur bahan-bahan, terlebih dahulu sayuran/buah dipotong-potong hingga berukuran kecil.
Kemudian campur semua bahan di dalam stoples dengan spatula. Lalu, tutup rapat stoples tersebut.
3. Memeram bahan.
Pemeraman atau proses fermentasi berlangsung hingga 3 bulan. Selama waktu tersebut, letakkan stoples eco enzyme di tempat teduh. Dan, buka dengan hati-hati tutup stoples sebulan sekali untuk membebaskan gas-gas dan menghindari stoples meledak.
Setelah 3 bulan, larutan dalam stoples akan matang dan berubah menjadi coklat dan berbau seperti cuka.
Tetapi, bila larutan ternyata berwarna hitam, sesendok teh gula dapat ditambahkan untuk membantu perbaikan proses fermentasi selama 3 bulan berikutnya.
Saat membuka stoples, dan ternyata terdapat cacing atau serangga kecil, tidak perlu takut. Karena organisme tersebut akan mati dan terurai secara otomatis dalam proses fermentasi tersebut.
4. Menyaring eco enzyme.
Larutan eco enzyme yang telah matang dapat digunakan untuk memupuk tanaman. Dan, bila akan disimpan, saringlah larutan tersebut dan simpan dalam wadah yang tertutup rapat. Penyaringan juga perlu bila larutan akan dipakai sebagai pembersih, dan kemudian mengencerkannya sebelumnya digunakan.
Demikian manfaat dan cara membuat sampah organik menjadi eco enzyme. (Pat)