SASTRA | TD – Dunia Tengah, atau Middle Earth, merupakan dunia rekaan yang menjadi latar dalam karya-karya sastra JRR Tolkien. Keunikan dan kompleksitas Middle Earth merupakan masterpiece yang membuat karya-karya JRR Tolkien tak mungkin dilupakan.
Diperkirakan, JRR Tolkien mengambil nama Middle Earth dari mitologi Norse atau Nordik yang memiliki kosakata Miðgarðr, atau disebut Middangeard dalam karya sastra Inggris Kuno termasuk Beowulf.
Middle Earth merupakan benua utama pada Bumi, yang disebut Tolkien sebagai Arda, dan bentuknya diperkirakan diambil dari rekaan bentuk daratan pada masa lalu Bumi yang sebenarnya.
Dalam tata ruang imajiner JRR Tolkien, Arda merupakan planet berbentuk cakram datar dan simetris yang mengalami perubahan bentuk hingga berulang kali karena bencana.
Pada awal penggambarannya, Arda digambarkan dipenuhi dengan pegunungan besi (Iron Mountains) dengan dua sumber cahaya yang terletak di utara (dikenal dengan nama Helcar) dan selatan (Ringil). Helcar merupakan sumber cahaya Illuin, yaitu cahaya biru langit, dan Ringil merupakan tempat tegaknya Ormal, yang memancarkan cahaya keemasan yang sangat indah.
Di tengah-tengah pegunungan besi yang memenuhi Arda terdapat danau besar atau Great Lake yang mengelilingi Almaren, tempat tinggal Valar. Valar merupakan salah satu spesimen makhluk menyerupai gambaran malaikat atau Ainur, ciptaan Eru Iluvatar, sang pencipta dalam semesta rekaan JRR Tolkien.
Wilayah-wilayah Arda kemudian berubah dengan terpinggirkannya wilayah Valar yang kemudian disebut sebagai Aman di sebelah barat. Kemudian Helcar dan Ringil, masing-masing, menjadi lautan. Dan juga muncul dua samudra di timur dan barat, yaitu Eastern Sea dan Belegaer.
Pada saat perubahan wilayah inilah timbul sebutan Middle Earth, yang sesungguhnya masih meliputi seluruh Iron Mountains kecuali Aman. Dan sekaligus merupakan tempat tinggal berbagai mahkluk, misalnya kurcaci, peri, orc, dan manusia. Pada saat ini jugalah, Arda kemudian menjadi nama semesta.
Dalam perubahan selanjutnya, Aman tidak lagi bisa dikunjungi oleh mahkluk biasa kecuali Valar. Keterpisahan ini kemudian menyisakan wajah baru Middle Earth yang dapat dirangkai antara barat, timur, dengan utara, selatan, sehingga membentuk globe, seperti Bumi saat ini. Belegaer dan Eastern Sea pun meluas dan menyisakan Numenor di barat, dan Dark Land di timur. Sedangkan Ringil hilang. Laut Helcar tetap menghiasi benua yang kemudian disebut sebagai Hither Lands.
Berbagai pakar mengatakan Arda dan Middle Earth merupakan penggambaran psikologis geografis JRR Tolkien terhadap bumi pada masa lalu, kurang lebihnya sekitar 6000 tahun lalu. Dan, karena segala perubahannya, kini hanya tersisa dalam kenangan yang samar dalam berbagai legenda dan cerita rakyat.
The Book of Lost Tales merupakan kumpulan dari cerita-cerita yang ditulis oleh JRR Tolkien yang disusun secara editorial. Buku ini terbagi menjadi dua volume. Pada volume pertamanya (terbit tahun 1983, setelah ditulis sejak 1917), yaitu pada kisah “The Music of the Ainur” atau Ainulindale, cerita awal pembentukan Middle Earth sebagai latar legendarium Tolken dimulai.
Middle Earth kemudian akan diceritakan lebih kompleks dan sempurna oleh Christopher Tolkien, putra JRR Tolkien, dalam “The Silmarillion” yang diterbitkan tahun 1977.
Dalam legendanya, Middle Earth melintasi setidaknya tujuh zaman. Pada zaman pertama, manusia dan valar dapat terhubung dan saling mengunjungi. Tetapi pada zaman kedua, Eru Iluvatar (sang pencipta dunia dalam versi JRR Tolkien) membelah lautan dan menenggelamkan Numenor, sehingga keduanya tidak dapat lagi saling mengunjungi, kecuali para elf. Jatuhnya Numenor ini kemudian dikaitkan dengan hilangnya Atlantis yang sempat diutarakan oleh Plato.
Pada akhir dari zaman ketiga terjadilah Perang Cincin (the War of the Ring) yang diceritakan menjadi trilogi The Lord of the Rings. Pada zaman ini pulalah terjadi kepunahan dari kurcaci, elf, ent, dan ras lainnya. Sedangkan pada zaman keempat mulailah dunia menjadi seperti masa sekarang, dengan masyarakat yang hanya terdiri dari manusia, satu-satunya ras yang mampu bertahan.
JRR Tolkien sendiri mengatakan ia membayangkan masa kini sebagai zaman kelima hingga ketujuh dalam sebuah catatan kaki pada 14 Oktober 1958:
“Saya membayangkan jarak (sejak Perang Cincin dan akhir Zaman Ketiga) yaitu kurang lebih 6000 tahun. Jadi mungkin kita sekarang berada di akhir zaman Kelima, jika zaman-zaman itu kira-kira sepanjang Zaman Kedua dan Zaman Ketiga, atau pada Zaman Ketujuh.”
Begitu rumitnya skala waktu dan medan geografis dalam legenda Middle Earth yang ditulis oleh JRR Tolkien justru memberikan inspirasi bagi banyak seniman dan pemikir. Beberapa di antaranya kemudian mempelajari dan menggambarkan peta berdasar cerita-cerita JRR Tolkien, sedang yang lainnya menelusuri asal bahasa dan nama tempat-tempat, dan juga membuat kisah yang baru berdasarkan legendanya, dan masih banyak lagi.
Kerumitan tersebut bukanlah sesuatu yang tak melelahkan dalam proses kreatif kepenulisan JRR Tolkien. Pernah ia menyuratkannya demikian:
“Saya dengan bijak memulai dengan peta, dan membuat ceritanya sesuai (umumnya dengan hati-hati memperhatikan jarak). Cara lain yang mengisahkan tentang negeri yang membingungkan dan terkesan tak mungkin terjadi, dan dalam hal apapun itu adalah pekerjaan yang melelahkan untuk menyusun peta dari sebuah cerita.” (Pat)