RELIGI | TD – Menahan amarah dan memaafkan merupakan salah satu perbuatan mulia yang selalu diteladankan Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam. Dua kebiasaan Nabi Muhammad SAW tersebut merupakan salah satu kunci keunggulannya di antara manusia-manusia lainnya.
Nabi Muhammad SAW selalu tersenyum dalam menerima hinaan dan perbuatan buruk orang lain kepadanya. Ia hanya akan merasa marah, pun dalam kendali terbaik di antara semua manusia, jika ada yang menghina syariat Islam. Ini merupakan bukti bahwa ia juga merupakan manusia biasa, tetapi penuh dengan pengendalian diri.
Mengenai menahan rasa amarah dan memaafkan perlakuan buruk dari orang lain, demikian sabda Nabi Muhammad dalam Hadis Riwayat Tirmidzi :
“Sesungguhnya, sebaik-baiknya manusia ialah yang susah marah, tetapi mudah memaafkan. Sedang seburuk-buruk manusia ialah yang mudah marah namun sulit memaafkan.”
Dan lagi, dalam Hadis Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad, maka demikianlah balasan mulia dari Allah Swt menurut sabda Nabi:
“Barang siapa menahan kemarahannya padahal ia mampu untuk melampiaskan, maka Allah akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya.”
Pun, dalam Al Quran, dalam Kitab Surat Ali Imran (3): 134, dikatakan:
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik pada waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Demikianlah, orang-orang yang meneladan kebiasaan Nabi Muhammad SAW dalam menahan amarah dan juga selalu memaafkan orang lain, akan mendapat pahala besar berupa kebanggaan Allah Swt ketika menyebut namanya dan juga karunia indah tak tertandingi yang akan diterimanya di hari kiamat nanti. (Pat)