Musyawarah, Teladan Kebiasaan Nabi Muhammad SAW untuk Umat-Nya

waktu baca 3 menit
Minggu, 7 Apr 2024 04:06 0 117 Patricia Pawestri

RELIGI | TD – Musyawarah merupakan salah satu kebiasaan Nabi Muhammad SAW yang perlu diamalkan oleh seluruh umat Islam.

Setiap orang, maupun kelompok, seringkali dihadapkan dengan masalah yang terasa berat dan tak dapat dipikul sendiri.

Mengenai hal itu, tertulis firman Allah SWT dalam Alquran berikut ini:

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala (atas kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (atas keburukan) yang dikerjakannya.”

Seberat apapun, Allah SWT sangat menghargai usaha manusia dalam menyelesaikan persoalannya. Dan, untuk memperingan permasalahan, Allah menganjurkan melakukan dialog atau musyawarah.

Berikut adalah dalil yang mengungkapkan musyawarah sebagai jalan yang diridhoi Allah SWT dalam menyelesaikan sebuah permasalahan:

“Dan, orang-orang yang menerima seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS asy-Syura 42:38)

Musyawarah, yang menjadi salah satu jalan terbaik dalam memutuskan perkara sulit, harus diikuti dengan tawakal kepada Allah SWT. Karena melalui sikap inilah, umat akan dituntun untuk menyerahkan segala hasil dari usaha dalam kepasrahan kepada Allah SWT. Sehingga umat dapat lebih fokus kepada usaha untuk mewujudkan solusi dari permasalahan yang telah dimusyawarahkan.

Salah satu kisah yang menyatakan kebiasaan Nabi Muhammad SAW bermusyawarah adalah Perang Badar. Menurut kisah yang beredar di antara orang beriman, Nabi Muhammad SAW meminta pendapat kepada kaum muslimin tentang pendapat mereka dalam perang.

Saat itu, Nabi bertanya, “Sesungguhnya, kaum Quraisy telah keluar dari Mekah dengan susah payah dan dengan secepat-cepatnya. Maka dari itu, manakah yang lebih kalian sukai, (memerangi) kafilah dagang Quraisy atau tentara Quraisy?”

Awalnya, kaum muslimin memilih untuk mengejar para pedagang daripada tentara Quraisy karena hal itu lebih mudah. Namun, kemudian para sahabat Nabi, yakni Umar bin Khathab RA, Abu Bakar RA, dan Migdad bin al-Aswad RA, meyakinkan Nabi bahwa pertempuran melawan para tentara musuh merupakan pilihan yang lebih baik.

Pendapat para sahabat tersebut kemudian diperkuat oleh kesediaan golongan Anshar untuk turut serta dalam perang. Maka, terjadilah perang pertama bagi kaum muslimin, yakni Perang Badar.

Peristiwa bermusyawarah juga dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam Perang Uhud, Perang Khandaq, dan lainnya. Nabi juga bermusyawarah dalam hal-hal lainnya, seperti dalam permasalahan rumah tangga.

Yang wajib diperhatikan dalam bermusyawarah adalah melakukannya dengan orang-orang yang memang terlibat dalam kepentingan tersebut. Misalnya, Nabi Muhammad SAW bermusyawarah dengan para pemimpin Islam dalam permasalahan politik.

Tetapi, musyawarah hanya akan dilakukan dengan para istri, bila permasalahannya mengenai keluarga. Sebaliknya, bila yang terjadi adalah membicarakan masalah rumah tangga kepada orang lain yang bukan anggota keluarga, dapat disebut sebagai ‘dosa’ karena membuka aib sendiri.

Demikianlah kebiasaan bermusyawarah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW yang dapat diteladani oleh semua orang demi masa depan yang baik. (Pat)

 

LAINNYA