LINGKUNGAN | TD – Salah satu daerah yang dapat menjadi percontohan zero waste lifestyle adalah Desa Kamikatsu yang berada di Jepang atau zero waste city pertama di dunia.
Desa Kamikatsu, yang terletak 370 mil dari Tokyo, merupakan sebuah daerah yang pertama kali mengumumkan keberhasilannya menerapkan kebijakan tanpa sampah atau zero waste.
Keberhasilan penerapan zero waste di desa ini dapat terlihat dengan bersihnya setiap jalanan dan sudut desa yang bebas sampah.
Pencapaian Kamikatsu yang terkenal adalah keberhasilan mereka menggunakan kembali (reuse) sebanyak 81% barang-barang yang tadinya sudah terbuang di tahun 2016.
Keberhasilan Desa Kamikatsu dalam budaya nol sampah atau zero waste mempunyai kunci melibatkan semua kalangan penduduknya. Mereka memilah sampah sejak dari rumah.
Mereka saling mengingatkan meski hanya untuk mencabut paku dari papan kayu atau melepas label dari botol dan memisahkannya ke dalam kelompok sampah yang berbeda.
Bahkan botol kaca dipisahkan dari tutupnya dan dikelompokkan menurut warnanya. Botol dengan sisa kecap atau minyak goreng di dalamnya juga dipisahkan dari botol-botol PET yang digunakan untuk minum.
Mereka juga memperkenalkan anak-anak dengan budaya kebersihan dan waste management sedini mungkin. Hal ini terlihat dengan siswa-siswi yang selalu berbagi tugas membersihkan area sekolah.
Awalnya, yaitu sebelum tahun 2000, Desa Kamikatsu telah dilangkapi insinerator atau unit pembakar sampah yang merupakan tempat berakhirnya 80% sampah di sana. Setelah itu, sisanya, sebanyak 14% akan masuk ke fasilitas pendauran. Dan sisanya, hanya tinggal 1% saja, yang terbuang di tempat pembuangan akhir.
Namun, karena undang-undang mengenai gas rumah kaca yang juga menghimbau timbulnya asap dari pembakaran sampah, kemudian para penduduk Kamikatsu mengupayakan pemilahan sampah ke dalam 13 kategori dan 45 jenis untuk didaur ulang atau digunakan kembali.
Suksesnya pelaksanaan zero waste Desa Kamikatsu, yang tentu saja meliputi 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle), tidak lepas dari dukungan Pemerintah Jepang yang menggalakkan gaya hidup tanpa sampah. Dukungan tersebut bahkan disahkan menjadi Undang-Undang Pembersihan Limbah.
Kesuksesan Desa Kamikatsu kemudian menjadi contoh bagi negara-negara di seluruh dunia untuk mulai meniru cara mereka mengatasi permasalahan sampah.
Yang perlu diperhatikan adalah jumlah penduduk Desa Kamikatsu yang hanya berjumlah 1.500 orang. Akan lebih sukar mengkoordinir jumlah penduduk yang jauh lebih besar di suatu wilayah untuk menerapkan kebijakan zero waste.
Bahkan tantangan penerapan zero waste seringkali timbul dari rasa pesimis penduduk akan mungkinnya hidup tanpa sampah.
Namun, dengan dukungan dari pemerintah dan para penyedia kebutuhan yang peduli dengan lingkungan, hal itu sangat mungkin untuk diwujudkan, seperti yang telah dicapai Desa Kamikatsu. (Pat)