TANGERANG | TD – Salah satu ciri khas yang dikenal dari Suku Baduy adalah kain tenunnya. Kain tenun buatan Suku Baduy mempunyai tekstur khas, yakni sedikit kasar yang disebabkan proses dalam pemintalan benang yang masih dilakukan secara sederhana dan alami.
Tekstur kain tenun Suku Baduy yang sedikit kasar tersebut berasal dari bintik-bintik dari kapas sebagai bahan benangnya. Secara berurutan, berikut ini adalah cara pemintalan benang yang selalu dikerjakan sebagai awal pembuatan kain tenun oleh Suku Baduy.
1. Memilih buah kapas yang sudah matang dan menjemurnya hingga kulit buah memecah sendiri.
2. Memisahkan kapas dari kulit buah dan bijinya.
3. Menarik-narik kapas hingga mengembang hingga diperkirakan dapat menjadi benang yang lembut.
4. Mencampur kapas yang sudah ditarik-tarik dengan air bubur nasi. Suku Baduy menyebut proses ini dengan ‘nyikat’.
5. Menggulung kapas yang telah dicelup air bubur nasi tadi. Proses ini disebut ‘ngilak’.
6. Memintal kapas menjadi benang dengan alat pintal benang tradisional atau ‘nganteh’.
Bila proses pemintalan benang selesai, maka proses dapat dilakukan dengan menenun benang kapas tadi. Alat pintal tradisional yang dimiliki Suku Baduy terbuat dari bambu dan kayu yang dapat dibongkar pasang. Ini memudahkan alat tenun untuk dipindahkan dan disimpan bila sedang tidak dipakai. Alat tenun ini disebut ‘pakara tinun’.
Dalam menenun, terdapat 6 tahapan, yakni:
1. ‘Nganjinjing’ yakni mengikatkan benang ke alat tenun.
2. ‘Ngalimbuhan’ yakni memasang benang ke alat tenun.
3. ‘Ngasupkeun pakan’ atau memasukkan benang dengan kedudukan horizontal pada alat tenun.
4. ‘Nyisir’ yaitu menyisir benang di sela-sela menenun supaya benang terjalin rapi dan rapat.
5. ‘Ngajinjing’, maksudnya menggulung kain yang telah terbentuk pada alat tenun.
6. ‘Keteg’ berarti memotong kain yang sudah jadi dari alat tenun.
Demikianlah tahap-tahapan dalam menenun kain yang dilakukan secara tradisional oleh Suku Baduy. (*)