9 Mitos Tentang Perselingkuhan

waktu baca 3 menit
Kamis, 6 Feb 2025 12:15 0 40 Patricia Pawestri

GAYA HIDUP | TD – Dalam menghadapi isu perselingkuhan, seringkali pasangan atau orang pada umumnya menyandarkan persepsinya pada beberapa hal yang menjadi mitos. Padahal, tidak setiap kasus perselingkuhan mempunyai faktor penyebab yang sama.

Berikut ini 9 mitos tentang perselingkuhan yang telah berkembang di masyarakat.

1. Ketidakbahagiaan dalam pernikahan adalah penyebab mutlak perselingkuhan.

Mitos atau pendapat seperti ini tidak sepenuhnya benar. Dalam beberapa kasus, perselingkuhan juga terjadi pada mereka yang bahagia dan menjalin komunikasi yang baik serta tetap harmonis dengan pasangannya.

2. Hilangnya cinta merupakan pangkal dari perselingkuhan.

Banyak yang menyalahartikan bahwa pria atau wanita yang berselingkuh dikarenakan sudah tidak mencintai pasangan pernikahannya. Bisa jadi, seseorang melakukannya karena hanya karena tidak dapat menghalau godaan, adanya permasalahan tertentu, atau kebutuhannya akan pengakuan yang ia temukan pada pasangan selingkuh.

3. Pria adalah satu-satunya aktor utama perselingkuhan.

Sebenarnya perselingkuhan dapat dilakukan oleh pria atau wanita. Misalnya wanita yang mapan dan sudah berkeluarga dapat berselingkuh dengan pria muda.

4. Seks yang tidak terpuaskan merupakan penyebab perselingkuhan.

Seseorang yang berselingkuh tidak pasti disebabkan karena kurangnya pelayanan sang istri atau suami di ranjang. Namun juga bisa terjadi karena, misalnya, perhatian yang diberikan pasangan selingkuh, atau adanya kebutuhan emosional yang khusus.

5. Orang yang pernah berselingkuh pasti akan mengulangi perbuatannya hingga selamanya.

Pendapat atau mitos ini bukanlah hal yang mutlak. Bila seseorang yang pernah berselingkuh melakukan pertobatan dengan sungguh-sungguh dan memegang komitmennya untuk setia dengan pernikahan, tentu ia akan waspada dan menjaga dirinya terjerumus pada hal yang sama.

6. Perceraian adalah solusi terbaik jika terjadi perselingkuhan.

Perceraian tidak selalu menjadi pilihan bagi pasangan yang mengalami keretakan hubungan akibat adanya perselingkuhan. Ada banyak pasangan yang memilih untuk kembali dan memperbaiki hubungan suami-istri mereka. Tekad kuat untuk selalu bersama dan bantuan dari konselor penikahan dapat merekatkan kembali hubungan yang rusak.

7. Pelaku perselingkuhan pasti sudah tidak memiliki moral.

Perselingkuhan dapat terjadi karena banyak hal. Dan, hal ini bukan merupakan penanda bahwa seseorang sudah tidak mempunyai moral atau hati nurani. Seseorang yang religius, atau seorang panutan masyarakat, bisa saja melakukan perselingkuhan.

8. Perselingkuhan selalu merupakan kesengajaan.

Perselingkuhan tidak hanya dapat terjadi di antara mereka yang sering berjumpa sebagai rekan kerja, misalnya. Tetapi juga pada situasi tertentu, kedekatan yang emosional dapat mengakibatkan perselingkuhan sesaat. Misalnya pada sepasang sahabat yang sedang kedinginan di puncak gunung, atau antara dua turis asing yang baru saling kenal.

9. Tak ada hal yang dapat mencegah perselingkuhan.

Padahal, komunikasi yang baik dapat menjadi penangkal terjadinya perselingkuhan. Komunikasi yang dilakukan dengan sikap saling menghargai, misalnya, dapat memenuhi kebutuhan pasangan untuk dihargai dan disayangi. Sentuhan fisik yang lembut saat berkomunikasi juga dapat mempererat komunikasi sehingga pasangan terpenuhi kebutuhannya secara emosional satu sama lain.

Demikianlah 9 mitos yang berkembang tentang perselingkuhan di masyarakat. Menghadapi isu perselingkuhan merupakan hal yang berat bagi pasangan pernikahan yang menderita karenanya. Tetapi, perselingkuhan bukanlah akhir dari segalanya. Setiap pelakunya dapat berubah dan hubungan dapat diperbaiki. Semuanya kembali pada diri masing-masing pasangan untuk memperkuat hubungan dan menjalani beratnya kehidupan bersama-sama. (Pat)

""
""
""
LAINNYA