8 Cara Menahan Marah dan Memaafkan dari Teladan Kebiasaan Nabi Muhammad SAW

waktu baca 4 menit
Senin, 29 Apr 2024 23:28 0 87 Patricia Pawestri

RELIGI | TD – Untuk dapat meneladani kebiasaan Nabi Muhammad SAW dalam menahan amarah sekaligus memaafkan apapun kesalahan orang lain terhadap kita, bukanlah sesuatu yang mudah.

Namun, meskipun sukar, tetapi ada petunjuk yang dapat memandu kita agar dapat membiasakan diri mengamalkannya. Apalagi bila kita mengetahui betapa besar pahala yang telah disiapkan Allah Swt, tentunya motivasi kita akan bertambah, sehingga semakin ringan kita mengusahakan hal yang mulia tersebut.

Dalam buku “The 10 Habits of Rasulullah” yang disusun oleh Rizem Aizid, berikut ini cara-cara agar kita mampu mengamalkan sunnah menahan amarah sekaligus memaafkan kesalahan orang lain.

1. Memohon perlindungan Allah Swt dengan ta’awuds.

Ta’awuds adalah permohonan perlindungan Allah Swt dari godaan setan yang terkutuk.

Ketika merasakan amarah atau emosi yang meledak-ledak dalam diri, sangat disarankan membaca kalimat ta’awuds, seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW yang tercantum dalam Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim:

“Sungguh, aku mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika ia membaca (ta’awuds) ‘A-‘uudzu billahi minas syaithanir rajiim’, marahnya akan hilang.”

2. Membaca istighfar.

Selain ta’awuds, kalimat istighfar seperti ‘astaghfirullahal azhim’ sangat bermanfaat untuk meredakan rasa marah.

Kalimat istighfar tersebut menjadikan kita merendahkan hati dan mengakui kesalahan sekaligus meredam gejolak yang timbul dalam dada ketika marah mulai menguasai.

3. Mengambil sikap diam agar ucapan kita tidak menyakiti hati orang lain.

Kemarahan cenderung membuat perkataan kita menjadi tajam dan terasa sakit di hati orang yang mendengarnya. Untuk inilah bersikap diam dianjurkan. Sebaliknya, bila kita tidak mampu mengendalikan ucapan, bisa jadi situasi akan menjadi semakin keruh dan lebih berbahaya.

Hal ini sesuai sabda Nabi Muhammad SAW yang tertulisa dalam Hadis Riwayat Ahmad:

“Jika kalian marah, diamlah.”

4. Mencoba mengubah posisi tubuh agar kemarahan dapat sedikit reda.

Nabi Muhammad SAW pernah mengajarkan teknik mengubah posisi badan ketika rasa marah mulai menguasai pikiran, sebagaimana termaktub dalam Hadis Riwayat Ahmad dan Abu Dawud:

“Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya ia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendaklah ia mengambil posisi tidur.”

Teknik Rasulullah SAW tersebut senada dengan penjelasan Al-Khitabi mengenai kekuatan seseorang ketika berdiri:

“Orang yang berdiri mudah untuk bergerak dan memukul, orang yang duduk lebih sulit untuk bergerak dan memukul, sementara orang yang tidur tidak akan mungkin memukul.

Seperti apa yang disampaikan Nabi SAW. Perintah beliau untuk duduk agar orang yang sedang dalam posisi berdiri atau duduk tidak segera melakukan tindakan pelampiasan marahnya yang bisa jadi menyebabkan orang itu menyesali perbuatannya setelah itu.”

5. Mengingat kembali perintah Allah dan sabda Nabi SAW mengenai menahan amarah.

Mengingat kembali perintah Allah dan teladan Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu cara untuk membujuk diri sendiri agar dapat menahan amarah. Perlu juga untuk memahami betapa mulia dan besar pahala yang tersedia bila umat Islam dapat berhasil menahan amarah.

Mengenai manfaat menahan amarah, salah satu sabda Nabi Muhammad SAW yang perlu diingat terkandung dalam Hadis Riwayat Ibnu Abi Dunya:

“Siapa yang menahan emosinya maka Allah akan tutupi kekurangannya. Siapa yang menahan marah, padahal jika berkenan, ia mampu melampiaskannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan keridhaan pada hari kiamat.”

6. Mengambil wudhu.

Bila rasa marah tak kunjung reda dan terasa berbahaya, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah ber-wudhu. Dengan kesegaran air dan kepasrahan dalam berdoa saat wudhu, maka rasa amarah dapat ditaklukkan.

Mengenai wudhu sebagai pereda amarah, terdapat sebuah sabda Nabi Muhammad SAW dalam Hadis Riwayat Ahmad dan Abu Dawud:

“Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaklah kalian berwudhu.”

7. Meredam rasa marah dengan air mandi.

Hadis Riwayat Abu Nu’aim menyatakan sabda Rasulullah:

“Marah itu dari setan, setan dari api, dan air bisa memadamkan api. Apabila kalian marah, mandilah.”

8. Memaafkan.

Memaafkan akan membuat kita lebih kuat dalam melawan rasa marah. Sikap memaafkan dengan penuh ikhlas akan memberi hati kedamaian dan rasa tenteram. Api amarah yang dapat membakar hal-hal baik pun dapat dipadamkan dengan cara menerima dan memaafkan.

Mengenai keutamaan sikap memaafkan, Kitab Surat asy-Syura (42):37 mencatat firman Allah Swt:

“Dan, orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.”

Demikianlah 8 cara menahan marah dan memaafkan yang telah diteladankan dalam kebiasaan Nabi Muhammad SAW. (Pat)

 

LAINNYA