6 Kandungan Berbahaya dalam Vape yang Mengancam Kesehatan

waktu baca 4 menit
Sabtu, 14 Okt 2023 15:18 0 71 Patricia Pawestri

TANGERANG | TD – Bahaya penggunaan vape atau rokok elektrik yang sudah terdata oleh lembaga survei kesehatan seperti CDC di Amerika Serikat mengharuskan kita waspada agar tidak mengenai diri dan sesama yang ada di sekitar kita.

Vape, yang kegiatannya kemudian disebut vaping, sebenarnya telah menjadi tren di kalangan anak muda. Penggunaan vape awalnya dianggap alternatif yang lebih sehat daripada pemakaian rokok tembakau. Namun, pada kenyataannya, vaping bukan tanpa risiko. Bahkan bahaya serius selalu mengintai di setiap penggunaannya.

Bahaya utama vaping sama saja dengan penggunaan bahan lainnya yang bersifat adiktif. Di dalam vape, biasanya terkandung jumlah nikotin yang terkadang jauh melebihi kandungan zat tersebut dalam tembakau. Bahkan, beberapa vaping mengandung zat adiktif yang lebih berbahaya, misalnya ganja.

Nikotin dalam kandungan vape dapat terkonsumsi dengan jumlah lebih tinggi, terutama bila rokok elektrik tersebut memiliki tegangan yang lebih tinggi atau konsentrasi nikotin dalam cairannya memang lebih tinggi.

Yang kedua dan masih utama, aerosol atau uap yang dihirup dari vape mengandung berbagai bahan kimia yang mampu mengiritasi dan mem-‘bakar’ organ paru.

Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam aerosol tersebut antara lain:

1. Asetaldehida

Bahan kimia asetaldehida di dalam vape berfungsi untuk menghangatkan dan menguapkan larutan vaping.

Laman Kementerian Lingkungan Hidup mencatat bahan ini cukup berbahaya karena mudah meledak. Juga berbahaya jika tertelan, menimbulkan iritasi pada kulit dan mata. Bahan ini juga bersifat karsinogenik.

2. Vitamin E asetat

Vitamin E asetat atau alpha tocopherol acetat merupakan bentuk sintetis dari vitamin E. Jenis vitamin ini biasanya digunakan untuk pengobatan topikal dan untuk menyamarkan jaringan parut.

Di dalam vape, vitamin E asetat digunakan untuk mengentalkan larutan vaping. Namun, sifatnya yang tidak mudah terurai menyebabkan penumpukan di dalam paru penghisap aktif. Hal ini diketahui dalam analisa CDC atas sampel cairan paru dari puluhan korban luka akibat vaping.

Pada tahun 2020, sebuah penelitian membuktikan efek negatif vitamin E asetat yang digunakan dalam vape. Zat tersebut dapat menguap menjadi alkena dan benzena yang mempunyai sifat karsinogenik, serta gas ketena yang beracun.

3. Diacetyl

Diacetyl merupakan penguat rasa beraroma mentega. Produk tambahan pangan ini awalnya dilegalkan. Namun, kemudian beberapa perusahaan makanan mulai meninggalkannya. Hal ini seturut dengan peringatan dalam Buletin Informasi Keselamatan dan Kesehatan OSHA dari Amerika Serikat yang menghimbau penggunaannya karena dampak negatif yang ditimbulkan.

Diacetyl dicurigai memicu adanya jaringan parut dalam bronkiolus (cabang saluran pernapasan berukuran kecil) dan menyebabkannya menyempit dan terkompresi. Hal ini sangat membahayakan jiwa. Penyakit yang timbul ini disebut bronkiolus obliterans.

4. Akrolein

Akrolein merupakan cairan tak berwarna tapi mempunyai bau tajam ketika terbakar, seperti bau pada minyak goreng yang dipanaskan. Ini adalah salah satu senjata kimia yang berbahaya karena melepuhkan dan digunakan dalam granat tangan dan peluru artileri dalam Perang Dunia I.

Akrolein menjadi salah satu racun kuat, yang juga dapat menyebabkan kanker saluran napas, bersama hidrogen sianida dan lima unsur lainnya dari asap rokok. Satu batang rokok konvensional dapat menghasilkan 220 miu gram akrolein.

Meskipun dalam pemakaian vape dijelaskan bahwa kadar akrolein dapat diabaikan, yaitu kurang dari 10 miu gram per isapan. Namun, tidak pernah ada batasan minimal bagi zat-zat yang berpotensi menjadi karsinogenik.

5. Formaldehida

Merk dagang awal dari formalin ini telah dilarang penggunaannya karena bersifat karsinogenik dan mempengaruhi sensitivitas imun tubuh, serta membuat iritasi kulit, mata, dan saluran pernapasan.

Formaldehida biasanya digunakan sebagai desinfektan untuk membasmi jamur dan mikroba. Bahan kimia ini juga didapati dalam proses pengolahan kayu lapis. Beberapa tahun lalu formalin digunakan secara ilegal untuk membuat makanan lebih awet saat dijual.

Sekarang, meskipun telah dilarang, formaldehida masih sering ditemukan dalam aerosol atau uap vape.

6. Logam berat

Kandungan logam berat pada aerosol atau uap vape berasal dari bahan-bahan logam komponen piranti vape.

Bahan-bahan berbahaya tersebutlah yang menjadi penyebab timbulnya penyakit paru-paru, seperti PPOK (penyakit paru obstruktif kronik), bronkiolitis obliterans atau dikenal sebagai paru pop corn, kanker paru, dan penyakit alergik asma dari perokok vape aktif.

(*)

Unggulan

LAINNYA