KESEHATAN | TD – Pencegahan stunting dapat dimulai dengan hal sederhana, yakni menjaga agar pangan yang tersedia tetap berada dalam kondisi aman konsumsi serta sehat.
Stunting atau terhambatnya pertumbuh-kembangan tubuh dapat terjadi pada usia bawah lima tahun (balita) maupun remaja berumur 13 hingga 18 tahun. Gangguan ini dapat terjadi karena kekurangan nutrisi dan dapat berdampak jangka panjang pada kehidupan anak atau remaja tersebut.
Pada balita, seribu hari pertamanya merupakan masa yang sangat penting. Jika balita pada masa tersebut kekurangan gizi dalam skala kronis, dan juga menderita infeksi berulang (misalnya kecacingan atau diare), maka anak tersebut dapat dipastikan mengalami stunting atau gagal tumbuh dan berkembang.
Kegagalan pertumbuhan anak-anak secara umum dapat terlihat dari tinggi dan berat badan yang terbilang rendah dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Risiko dari kegagalan ini dapat berdampak pula pada kesehatan mereka. Misalnya risiko yang lebih tinggi pada penyakit tertentu, umur yang tidak panjang, dan risiko obesitas di masa dewasa.
Sedangkan dalam perkembangan kognitif, stunting akan mengakibatkan anak sukar memahami pelajaran di sekolah karena terhambatnya perkembangan kecerdasan dan berkurangnya kapasitas otak untuk mencerna persoalan. Ini juga berdampak pada rendahnya produktivitas ketika telah beranjak dewasa dan mulai bekerja.
Risiko stunting yang lebih jauh adalah kesulitan melahirkan bagi perempuan yang memiliki tubuh pendek dengan panggul yang kecil. Bahkan dampak terhambatnya perkembangan tubuh dan mental karena stunting ini pun dapat menurun pada generasi mereka selanjutnya.
Karena itu, usia remaja juga menjadi fokus dalam pencegahan stunting. Pada masa ini, sangat penting untuk menjaga agar remaja tidak mengalami kekurangan gizi dan juga mengatasi anemia yang sering kali terjadi pada mereka.
Memberikan makanan dalam porsi cukup dengan kandungan gizi yang tinggi merupakan salah satu solusi dalam mencegah dan menangani terjadi stunting, baik pada anak balita maupun usia remaja.
Namun, yang perlu diperhatikan dalam penyediaan makanan bergizi tersebut, tentu tidak lepas dengan cara penyajian dan juga penyimpanannya agar nutrisi makanan tidak lekas terurai maupun hilang.
Berikut ini adalah 5 tips agar makanan yang bergizi tetap sehat dan aman sehingga dapat membantu mencegah stunting:
1. Menjaga kebersihan pangan.
Tujuannya untuk mencegah bahaya mikrobakteri atau kuman yang dapat mencemari makanan dan menyebabkan seseorang sakit.
Caranya dengan selalu mencuci tangan sebelum dan mengolah bahan makanan. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Begitu juga saat hendak bergantian menangani bahan makanan berupa sayuran atau daging, mencuci tangan adalah cara terbaik mencegah kotoran dan bibit penyakit menyebar ke bahan makanan lain.
Selain mencuci tangan, mencuci buah dan sayuran, serta mencuci semua peralatan yang baru saja digunakan untuk masak atau makan dapat membantu menghindari kuman berkembang biak serta menyerang kesehatan manusia.
2. Memisahkan makanan matang dan mentah.
Dalam penyimpanannya, makanan matang harus menempati ruang penyimpan yang berbeda dari makanan mentah. Misalnya di dalam kulkas, penyimpanan terpisah dapat dilakukan dengan wadah berpenutup dan letak laci yang berbeda.
Pemisahan juga perlu dilakukan pada talenan dan pisau. Pisahkan talenan dan pisau yang digunakan untuk mengolah makanan mentah dari makanan matang. Ini bertujuan mencegah penularan bakteri dari makanan mentah ke makanan matang.
3. Memasak dengan benar.
Memasak dapat menjadi proses peniadaan kuman penyakit dalam makanan. Dalam memasak, selalu lakukan hingga daging-dagingan, telur, sayur, atau ikan, menjadi matang sempurna. Jika memasak air, lakukan hingga benar-benar mendidih.
4. Menjaga pangan tersimpan pada suhu ruangan
Makanan matang yang disimpan dalam suhu ruang umumnya hanya akan bertahan selama beberapa jam. Untuk mempertahankan kualitas makanan matang, sangat dianjurkan untuk menggunakan wadah bertutup, dan masukkan ke lemari pendingin. Dengan cara demikian, makanan tidak cepat rusak dan tidak menjadi media subur bagi perkembangbiakan kuman penyakit.
5. Hanya menggunakan air dan bahan baku yang aman dalam memasak.
Keamanan makanan sangat bergantung pada kualitas bahan baku dan air. Gunakan bahan baku yang bebas dari kandungan bahan berbahaya dan juga tidak melewati tanggal kadaluarsa. Dan, bila merupakan bahan segar seperti daging, ikan, sayur dan buah, pastikan masih segar dan tidak tercemar kotoran.
Bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan misalnya pewarna sintetis, pemanis sintetis, dan juga bahan pengawet sintetis. Pada bahan baku pabrikan, kandungan bahan-bahan ini dapat tertera pada komposisi. Tetapi bila tidak tercantum, pastikan ada label BPOM pada kemasannya. Namun, bila kandungan bahan tidak tertera jelas maupun tidak ada logo sertifikat BPOM, menghindari bahan baku tersebut merupakan langkah yang lebih baik.
Air yang berkualitas juga merupakan kunci keamanan pangan. Air yang bersih, tidak berbau atau berasa, jernih, bebas dari patogen, dan bebas dari bahan kimia berbahaya dapat menjadi air ideal untuk mengolah bahan baku hingga menjadi makanan yang sehat dan aman.
Jika air bersumber pada tempat atau mata air tercemar, misalnya yang mengandung arsenik, timbal, dan merkuri atau limbah pabrik, maka tidak bisa digunakan karena berbahaya bagi kesehatan. Bahkan penggunaan air tersebut justru dapat mengancam keselamatan jiwa.
Demikianlah 5 tips untuk menjaga keamanan dan kesehatan pangan. Tips tersebut juga dapat dimanfaatkan menjadi kunci untuk memastikan nutrisi pangan tetap terjaga, sehingga anak-anak dan remaja terhindar dari stunting yang merugikan masa depan. (Pat)