SAINTEK | TD – Dalam berbagai pembicaraan terkait krisis energi, pangan, dan ekologi, mikroalga didapuk sebagai kunci dalam penyedia bahan baku industri yang dapat diproduksi dalam waktu singkat dan jumlah banyak.
Mikroalga, dalam buku yang diterbitkan oleh UPT UNDIP Press, disebut dapat dibudidayakan pada lahan yang tidak produktif dan tidak memerlukan lahan yang luas.
Namun, sebelum dibudidayakan secara komersial, mikroalga dari alam mengalami beberapa perlakuan khusus berupa pengamatan sebagai berikut:
1. Pengumpulan sampel
Mikroalga dapat ditemukan di rawa, kolam, danau, sungai, perairan tepi pantai, dan juga laut. Dari satu tempat saja, dapat ditemukan beragam spesies.
Pengumpulan dilakukan tidak dalam waktu yang singkat. Karena perubahan cuaca dan iklim dapat mempengaruhi keberadaan spesies yang baru.
Mikroalga yang beragam fisiologis dan genetiknya merupakan sumber penemuan materi baru yang sangat berharga. Sampel-sampel ini diisolasi menurut keseragaman bentuknya, metabolismenya, daya tahan serta potensi ekonominya.
2. Pengamatan metabolisme
Dalam pengamatan metabolisme, mikroalga diamati pertumbuhannya, produksi biomassa, apa saja nutrien yang dikonsumsinya, dan produksi metabolitnya (pigmen, enzim, serta lipidnya).
3. Uji ketahanan strain
Pengujian ketahanan mikroalga sangat berkaitan dengan sistem kulturisasi yang dibutuhkan saat nanti memasuki skala industri. Pengamatan yang dilakukan berhubungan dengan perubahan salinitas media tumbuh, serta suhu, intensitas cahaya, dan keasaman atau pH-nya.
Demikian tahap pengujian mikroalga sebelum memasuki skala pembibitan atau dalam budidaya komersial. Dari data yang diperoleh dalam perlakuan khusus tersebut, dapat dipilih mikroalga mana saja yang berpotensi untuk dibudidayakan secara komersial. (Pat)